Selasa, 19 Juli 2016

BAB I. PENDAHULUAN
Teknologi budidaya udang terus memerlukan penelitian dan pengembangan dari waktu ke
waktu. Walaupun dalam dua dasawarsa terakhir telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,
namun jika dibandingkan dengan teknologi pertanian (misalnya hortikultura) atau peternakan
(misalnya unggas), teknologi budidaya udang masih sangat jauh ketinggalan. Perkembangan terakhir
teknologi budidaya udang difokuskan pada genetic improvement (perbaikan genetika) melalui proses
seleksi induk secara ketat. Namun proses genetic improvement ini masih berada pada tahap seleksi
secara alami.
Tingkat keberhasilan dari penerapan teknologi budidaya udang sangat bergantung pada
tingkat penguasaan teknologi lingkungan perairan (sebagai tempat hidup udang) dan biologi udang
itu sendiri. Lingkungan perairan merupakan ekosistem yang sangat kompleks, yang terdiri dari
komponen biotik dan komponen abiotik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang benar
tentang ekosistem perairan (tambak) sehingga dapat senantiasa menjaga keseimbangannya.
Disamping itu, pemahaman tentang biologi udang merupakan hal yang tidak kalah penting, mulai
dari anatomi, fisiologi hingga genetiknya.
Sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses
budidaya udang, sehingga perusahaan sangat peduli terhadap peningkatan
kemampuan dan penguasaan teknologi budidaya udang bagi karyawannya. Dengan peningkatan
kemampuan dan penguasaan teknologi budidaya diharapkan produktivitas karyawan dapat lebih
ditingkatkan.
1.1. Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
1.1.1 Taksonomi Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobrachiata
Infraorder : Peneidea
Superfamily : Penaeoidea
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei
Udang Putih (Litopenaeus vannamei) termasuk dalam :
· Crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda seperti halnya lobster dan kepiting serta
udang-udang lainya. Kata decapoda berasal dari kata deca = 10, poda = kaki, Hewan ini juga
memiliki karapas yang berkembang menutupi bagian kepala dan dada menjadi satu
(cephalothorax).
· Famili Penaeidae yang menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah dikeluarkan oleh si betina
dan udang ini juga memiliki tanduk (rostrum).
· Genus penaeus yang ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum juga
ditandai dengan hilangnya bulu cambuk (setae) pada tubuhnya. Secara khusus udang ini
memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian
dorsal.
· Subgenus Litopenaeus, yang ditandai dengan adanya organ seksual (thelycum) yang terbuka
tanpa adanya tempat penampung sperma pada spesies betina.
Nama-nama lain dari udang putih Litopenaeus vannamei adalah Pacific white shrimp, West
coast white shrimp, Penaeus vannamei, Camaron blanco Langostino, White leg shrimp (FAO),
Crevette pattes blanches (FAO), Camaron pati blanco (FAO).
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
1.1.2. Sebaran Geografis Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Daerah penyebaran L. vannamei meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan Selatan
Amerika. Sebuah wilayah dimana suhu air secara umum berkisar di atas 200 C sepanjang tahun. Di
sini merupakan tempat populasi L. vannamei berada. Karena spesies ini relatif mudah untuk
berkembang biak dan dibudidayakan, maka L. vannamei menjadi salah satu spesies andalan dalam
budidaya udang di beberapa negara dunia.
1.1.3. Siklus Hidup Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Merupakan spesies katadromus, udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang
muda (juvenile) bermigrasi ke daerah pantai. Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas
menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai
dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki
kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas.
Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam
dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi. Udang Putih (L. vannamei)
dewasa kawin dan memijah pada kolom perairan lepas pantai (kedalaman kurang lebih 70 m) bagian
Selatan, Tengah dan Utara Amerika dengan suhu 26–28 0C dan salinitas + 35 ppt.
1.1.4. Morfologi dan Anatomi Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan.
Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5
ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap tiapruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada
ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.
1.2.4.1. Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan
meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau
rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi
untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
1.2.4.2. Bagian Badan dan Perut (Abdomen)
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama
sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami
perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor
yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa
diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas
keenam.
TELSON
SIXTH ABDOMINAL
SEGMENT
ABDOMINAL SEGMENT
UROPODA (TAIL FAN)
PLEOPODA
(SWIMMERET)
ANTENNAL FLAGELLUM
PEREOPODA
(WALKING LEG)
THIRD MAXILLIPED
ANTENNAL
SCALE
ANTENNULAR
FLAGELLUM ROSTRUM
ANTENNAL SPINE
GASTRO-ORBITAL CARINA
ADROSTRAL CARINA
EPIGASTRIC SPINE
HEPATIC SPINE
HEPATIC CARINA
Gbr. 1.6. Morfologi udang putih ( Litopenaeus vannamei )
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
Gbr. 1.2. Anatomi udang putih ( Litopenaeus vannamei )
Semula digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous
scavenger) atau pemakan detritus. Dari hasil penelitian terhadap usus udang menunjukkan bahwa
udang ini adalah karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta. Secara alami
L. vannamei merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan,
sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.
Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk
memacu pertumbuhannya. Litopenaeus vannamei membutuhkan makanan dengan kandungan
protein sekitar 35%, lebih kecil jika dibandingkan udang-udang Asia seperti Penaeus monodon dan
Penaeus japonicus yang membutuhkan pakan dengan kandungan protein hingga 45%. Dan ini akan
berpengaruh terhadap harga pakan dan biaya produksi.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu : frekuensi molting (waktu antar
molting) dan kenaikan angka pertumbuhan (Angka pertumbuhan setiap kali molting). Kondisi
lingkungan dan makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai
contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang
kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian
akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Sering juga secara nyata molting merupakan
proses yang mencerminkan tingkat stres pada udang, sehingga para aquaculturist dituntut untuk
tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (khususnya penurunan) pada frekuensi
molting. Selama proses molting berlangsung, terjadi terjadi pemecahan kutikula antara karapas
dengan intercalary sclerite, dimana pada bagian cephalothorax dan anterior appendages tertarik
atau meregang. Karapas baru, yang tumbuh pada saat pertama setelah molting sangat lunak dan
makin lama makin mengeras menyesuaikan ukuran tubuh udang.
Frekuensi molting pada L. vannamei menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang.
Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan
SUPRAESOPHAGEAL
GANGLION
PYLORIC
STOMACH
HEART
OSTEUM
STERNAL
ARTERY
SEGMENTAL
ARTERY
MIDGUT
INTESTINE
DORSAL
ABDOMINAL
ARTERY POSTERIOR
OVARIUM
LOBE
HIND GUT
ANUS
VENTRAL NERVE
CORD
MIDGUT GLAND
(HEPATOPANCREAS)
OVARY
OVIDUCT
VENTRAL
THORACIC ARTERY
LATERAL
OVARIAN
LOBE
ANTENNAL
ARTERY
ESOPHAGEAL
CONNECTIVE
CARDIAC
STOMACH
ANTERIOR
OVARIAN
LOBE
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
7
MBW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada MBW 15 gram periode molting
terjadi sekitar 2 minggu sekali.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
BAB II. INFRASTRUKTUR DAN PERALATAN TAMBAK
2.1. Infrastruktur Tambak
Sistem operasional budidaya di PT. Centralpertiwi Bahari berbasis modul dimana dalam satu
modul terdiri dari 40 – 60 unit tambak yang beroperasi secara bersamaan mulai dari proses
persiapan tambak sampai panen. Sarana pendukung operasional budidaya yang tersedia dalam satu
modul meliputi main inlet, treatment pond (TP), supply canal, sub-inlet, sub-outlet, sub-road, main
outlet, pompa pemasukkan/pengeluaran air dan jembatan.
Gbr. 2.1. Disain Tambak dalam SatuModul
Sumber air laut berasal dari perairan pantai timur Lampung yang masuk melalui pintu
pemasukkan air laut, sedangkan untuk air tawar didapat dari perairan sungai Way Seputih. Air
kemudian dialirkan melalui main inlet untuk didistribusikan ke quarantine pond modul dengan
menggunakan pompa submersible 10”. Selain itu pada saat awal pengisian air ke dalam modul
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
biasanya dilakukan melalui pintu pemasukkan air yang disebut pintu type C, kemudian air dialirkan
melalui sub-inlet dan dimasukkan ke dalam treatment pond dengan menggunakan pompa KSB.
Treatment pond (TP) terdiri dari quarantine pond (QP), sedimentation pond dan
Reconditioning pond. Proses masuknya air dari luar / main inlet sebelum masuk ke dalam tambak
terlebih dahulu masuk ke quarantine pond menggunakan pompa. Air dari quarantine pond
dimasukkan ke dalam sedimentation pond dan selanjutnya masuk ke reconditioning pond. Sebelum
masuk ke tambak air dari reconditioning pond disalurkan melalui supply canal. Quarantine pond
berfungsi sebagai tempat untuk mensterilisasi air baru yang berasal dari main inlet sebelum
digunakan untuk penambahan air di dalam tambak, selain itu quarantine dapat digunakan sebagai
reservoar. Sedimentation pond merupakan bagian dari treatment pond yang berfungsi untuk
mengendapkan lumpur sebelum masuk ke dalam tambak. Sedangkan reconditioning pond adalah
bagian terahir dari treatment pond yang berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan air
sebelum benar-benar siap disalurkan ke dalam tambak melalui supply canal.
Gbr. 2.2. Disain treatment pond dalam SatuModul
Supply canal merupakan saluran penghubung yang berfungsi untuk mengalirkan air siap
pakai dari treatment pond ke tambak-tambak dalam satu modul. Kemudian air yang tertampung di
supply canal dialirkan ke dalam tambak memalui dua unit pipa pemasukan air (pipa inlet) yang
dilengkapi dengan strimin filter 300 dan 1000 mikron.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
Jenis Tambak yang terdapat di PT. Centralpertiwi Bahari terdiri dari tambak full plastik,
tambak semi plastik, tambak cutting dan tambak tanah. Tambak full plastik adalah tambak yang
seluruh bagiannya dilapisi plastik. Tambak semi plastik adalah tambak yang pada bagian tengah
dasar tambaknya berupa tanah dengan ukuran 34 x 34 m sedangkan sebagian dasar lainnya dan
dinding serta tanggul dilapisi plastik. Tambak cutting adalah tambak yang bagian dasarnya masih
dilapisi plastik selebar 2 meter dari dinding tambak dan bagian tanggul serta dinding tambaknya
masih dilapisi plastik. Sedangkan tambah tanah adalah tambak yang dasar, dinding dan tanggul
tambaknya berupa tanah. Sebagian besar jenis tambak yang ada di PT. Centralpertiwi Bahari adalah
tambak semi plastik, sedangkan untuk tambak tanah dan tambak cutting akan dirubah menjadi
tambak full plastik.
Gbr. 2.3. Disain tambak full plastik
Gbr. 2.4. Disain tambak semi plastik
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
Gbr. 2.5. Disain tambak cutting plastik
Gbr. 2.6. Disain tambak tanah
Air buangan dari tambak dikeluarkan melalui pipa pembuangan (central dan side drain) ke
saluran sub-outlet, kemudian air dari sub outlet dialirkan ke main outlet dengan menggunakan
pompa submersible 10” yang terdapat di ujung sub-outlet. Main outlet berfungsi untuk menampung
serta mengalirkan air buangan tambak dari semua modul dan kemudian dibuang ke perairan muara
sungai Way Seputih.
Sarana penunjang budidaya yang tak kalah pentingya dalam operasional tambak adalah subroad.
Sub-road terdapat disetiap 2 jalur yang berdekatan, berfungsi sebagai jalur transportasi
manusia dan distribusi material serta sarana budidaya. Sedangkan main road berfungsi sebagai jalur
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
12
utama transportasi manusia dan distribusi barang serta material budidaya dengan beban serta
kapasitas yang lebih besar.
2.2. Peralatan dan Perlengkapan Tambak
Aktivitas operasional budidaya dengan padat tebar tinggi memerlukan perhatian dan
perlakuan yang lebih terhadap udang yang dibudidayakan. Oleh karena itu aktivitas operasional
budidaya juga memerlukan peralatan dan perlengkapan tambak yang optimal. Peralatan dan
perlengkapan tambak dengan pola intensif memerlukan :
2.2.1. Kincir (paddle wheel aerator)
Kincir berfungsi untuk menghasilkan oksigen terlarut, melokalisir lumpur di dasar tambak
dan meratakan distribusi parameter kualitas air terutama suhu dan oksigen terlarut. Kincir
terdiri dari 2 jenis, yaitu 1 HP dan 2 HP.
2.2.2. Pompa Air Elektrik (ElectricWater Pump)
Pompa air elektrik adalah alat listrik yang digunakan untuk memompa air ke dalam atau
keluar tambak. Jenis-jenis pompa yang digunakan antara lain pompa 5”, 10”, pompa KSB 37
KW dan 100 KW.
2.2.3. Ancho dan Jembatan Ancho
Ancho adalah alat yang digunakan untuk mengontrol populasi udang pada DOC awal,
mengontrol konsumsi pakan udang dan memonitor kesehatan udang. Ancho berbentuk
bujursangkar dengan ukuran 0.9 x 0.9 m, terbuat dari strimin 100 mikron dengan
menggunakan bingkai stainless steel. Satu ancho diprediksi dapat mengcover luas tambak
1,600 m2,
sehingga pada tambak dengan luas 5,000 m2 digunakan 3 ancho.
Jembatan ancho adalah tempat untuk melakukan cek ancho yang posisinya menjorok ± 2.5
meter dari dinding tambak ke arah tengah.
2.2.4. Strimin Filter
Strimin filter adalah alat untuk menyaring kotoran ataupun organisme yang terbawa air
masuk ke lingkungan tambak. Strimin filter berbentuk kondom yang digunakan di pipa inlet,
central drain, side drain, pipa flush out quarantine pond dan pipa pompa pemasukkan air.
Ukuran mesh size strimin yang digunakan terdiri dari 300 μ, 1,000μ dan 4,000 μ.
2.2.5. Alat Siphon
Alat siphon merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk menyedot endapan kotoran
(lumpur) di dasar tambak dan mengeluarkannya keluar tambak. Alat siphon terdiri dari 2
jenis, yaitu alat siphon grafitasi dan pompa siphon elektrik. Perlengkapan siphon terdiri dari
pompa siphon, pipa T, shock siphon dan selang spiral.
2.2.6. Sampan
Sampan digunakan untuk memberi pakan (feeding), perlakuan pemberian material budidaya
ke dalam tambak (bahan kimia, probiotik, kapur dan pupuk) dan aktivitas siphon. Sampan
terbuat dari fibre.
2.2.7. Alat Pengambil Sampel Air
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel air tambak. Merupakan botol sampel dengan
tongkat kayu berukuran panjang 1.5 meter.
2.2.8. Secchi Disk
Secchi disk adalah alat untuk mengukur kecerahan air dalam satuan cm yang berbentuk
lingkaran dengan pegangan berupa kayu yang diberi skala dan dicat hitam-putih.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
13
2.2.9. Serok Klekap
Serok klekap adalah alat untuk membuang klekap dan busa di permukaan air tambak.
2.2.10. Serok Udang
Serok udang adalah alat untuk mengambil udang yang menempel di dinding, udang lemah,
udang sakit dan udang keropos dari dalam tambak.
2.2.11. Sikat Dinding
Sikat dinding adalah alat yang digunakan untuk membersihkan dinding tambak.
2.2.12. Papan Pencatat Data (Papan Monitoring)
Papan pencatat data adalah papan yang digunakan untuk mencatat data perlakuan, pakan
per hari, score anco dan kualitas air.
2.2.13. Baby Box
Baby box adalah alat yang digunakan untuk memantau kualitas benur dan kematian 2 hari
setelah. Baby box terbuat dari blong klorin yang diberi ruang untuk sirkulasi air dan ditutup
dengan menggunakan strimin 1,000 μ.
2.2.14 Happa
Happa adalah alat yang digunakan untuk memantau SR benur dan kematian benur 12 jam
setelah tebar. Happa berbentuk persegi empat dengan ukuran 3 x 3 m dan terbuat dari
strimin 1,000 μ.
2.2.15. Water Level
Water level adalah alat yang digunakan untuk melihat ketinggian air tambak, treatment dan
supply canal. Water level terbuat dari kayu di cat putih dan diberi skala.
2.2.16. Filter I
Filter I adalah alat yang dibuat dari pipa paralon, dilubangi diameter 1 cm dan dipasang di
central dan side drain. Filter I berukuran panjang 0.5 dan 1 meter dengan diameter pipa 8”.
2.2.17. Jala Sampling
Jala sampling adalah alat yang digunakan untuk menangkap udang pada saat sampling
udang mingguan.
2.2.18. Timbangan
Timbangan terdiri dari timbangan sampling dan timbangan pakan. Timbangan sampling
digunakan untuk menghitung berat udang pada saat sampling, sedangkan timbangan pakan
digunakan untuk menimbang jumlah pakan yang akan diberikan pada saat pemberian pakan
udang.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
BAB III. PROSES BUDIDAYA
Budidaya udang putih (Litopenaeus vannamei) secara teknis meliputi persiapan tambak,
persiapan air, penebaran benur, pembesaran udang dan panen. Dengan melaksanakan kegiatan ini
dengan benar diharapkan dapat meningkatkan produktivitas.
Gbr. 3.1. Alur proses kerja teknis budidaya
3.1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak merupakan kegiatan mempersiapkan tambak agar siap dalam proses
pengisian air. Kegiatan-kegiatan persiapan tambak terdiri dari: perbaikan konstruksi dan
perlengkapan tambak, pembersihan tambak dan peralatannya, pengeringan tambak, pemasangan
perlengkapan tambak serta pengapuran.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
15
Faktor risiko : Persiapan tambak yang kurang baik, akan meningkatkan resiko kontaminasi
patogen dan penyebaran penyakit udang, terutama pada tambak yang mempunyai riwayat
terinfeksi penyakit pada siklus produksi sebelumnya.
Masa persiapan tambak dimulai 1 hari setelah panen (DOP 1) hingga hari pengisian air.
Persiapan tambak dalam satu modul paling lambat 10 hari dari tambak terakhir selesai panen
normal. Pekerjaan ini dilakukan oleh pond maintenance (PM), petambak dan treatment pond
operator (TPO). Persiapan tambak tersebut meliputi tambak budidaya dan treatment pond.
3.1.1. Pengawasan Perbaikan Konstruksi dan Perlengkapan Tambak
a. Perbaikan plastik
Lakukan pengeringan dasar tambak dan penandaan plastik yang rusak, laporkan pada
divisi terkait dan awasi proses perbaikan. Kriteria perbaikan plastik selesai adalah plastik
tambak tidak bocor dan siap diisi air.
b. Perbaikan tanggul
Lakukan pemeriksaan kelayakan tanggul, laporkan kepada divisi terkait bila terdapat
kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Kriteria tanggul tambak yang layak adalah
tanggul tidak bocor dan kemiringan dengan perbandingan 1:1,5.
c. Perbaikan dasar
Lakukan pemeriksaan kelayakan dasar tambak (cekungan, alur, kemiringan dasar tambak,
pengolahan tanah), laporkan kepada divisi terkait bila terdapat kekurangan, awasi
pelaksanaan perbaikan. Kriteria dasar tambak yang baik adalah tidak ada cekungan, alur
mengarah ke side drain dan kemiringan dasar tambak 1%.
d. Perbaikan instalasi pipa dasar tambak
Lakukan pemeriksaan kelayakan instalasi pipa (meliputi: pipa bocor/pecah, tersumbat
dan berubah posisi), laporkan kepada divisi terkait bila terdapat kerusakan dan awasi
pelaksanaan perbaikan. Perbaikan instalasi pipa selesai bila semua pipa tidak bocor,
tidak tersumbat dan tersambung dengan baik.
e. Perbaikan jembatan
Lakukan pemeriksaan kelayakan jembatan (meliputi: jembatan anco, jembatan inlet,
jembatan flush-out dan jembatan SO, panen dan CWC, laporkan kepada divisi terkait
bila terdapat kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Jembatan dinyatakan baik bila
bisa dipakai untuk aktivitas budidaya.
f. Perbaikan saluran inlet dan outlet
Lakukan pemeriksaan saluran inlet dan outlet, terdiri dari: inlet (aquaduct, supply canal,
sub-inlet) dan outlet (sub-outlet). Kriteria saluran inlet dan outlet yang baik adalah:
aquaduct tidak bocor dan dapat mengalirkan air ke supply canal; konstruksi supply canal
tidak bocor dan lebih tinggi dari dasar tambak; sub-inlet dapat menampung air dengan
ketinggian minimal 100 cm; dasar sub-oulet lebih rendah dari dasar tambak dan elevasi
mengarah ke main-outlet.
g. Perbaikan kincir, panel dan instalasi listrik
Lakukan pemeriksaan kincir, panel dan instalasi listrik, laporkan kepada divisi terkait bila
terdapat kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Kriteria perbaikan kincir, panel dan
instalasi listrik selesai bila kincir bisa dioperasikan 100%.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
16
3.1.2. Pembersihan Tambak dan Peralatannya
Pembersihan tambak dan peralatannya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di
tambak, treatment pond dan sistem irigasi, untuk mengeluarkan semua material yang tidak
diinginkan. Bila tambak dan peralatannya tidak bersih maka meningkatkan potensi kontaminasi
patogen dan berkembangnya organisme pengganggu (seperti: teritip, krece dan kerang) yang
merugikan selama proses budidaya. Tahap pembersihan tambak, meliputi:
a. Tambak dan Peralatannya
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari kotoran dan organisme pengganggu
seperti: krece, teritip, lumut dan kerang dengan cara dikerok atau disemprot.
- Keluarkan sisa lumpur hitam dari dasar tambak. Pembersihan lumpur tambak ini
bertujuan untuk menghilangkan akumulasi sisa bahan organik siklus sebelumya. Jika
dasar tambak bersih dari lumpur maka manajemen tambak selama proses budidaya
menjadi lebih mudah, seperti: pH dan pertumbuhan plankton lebih stabil.
Pengeluaran lumpur dasar selesai bila dasar tambak bersih dari lumpur hitam.
- Bersihkan peralatan tambak, yang meliputi: filter I, stand pipe, serok, strimin, kincir
dan kelengkapannya, anco, jembatan anco, sampan, selang siphon, secchi-disc,
water level dan alat sipon. Pembersihan ini bertujuan menghindari kontaminasi,
agar peralatan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya dan memperpanjang masa
pakai.
b. Treatment Pond dan Peralatannya
Peralatan treatment pond yang harus dibersihkan meliputi: filter I, stand pipe, serok,
strimin, kincir dan kelengkapannya, jembatan flushing, sampan dan water level.
- Bersihkan filter I, stand pipe, serok, strimin dan water level dari organisme
penempel dengan sikat, kemudian rendam menggunakan larutan desinfektan.
- Bersihkan assesoris kincir (kabel, pelampung, kipas, stik, pillow blow dan as) dengan
sikat kemudian rendam menggunakan desinfektan.
- Bersihkan sampan dengan sikat, kemudian jemur dibawah sinar matahari.
- Lakukan pemeriksaan kondisi endapan lumpur di dasar treatment pond, laporkan
kepada divisi terkait jika endapan lumpur sudah mencapai maksimal 50 cm, awasi
pelaksanaan pekerjaan.
- Simpan peralatan di tempat yang aman.
c. Sistem Irigasi dan Peralatannya
- Bersihkan pintu air, saluran-saluran inlet seperti aquaduct, supply canal dan pump
house.
- Angkat dan keluarkan kotoran dan organisme pengganggu kemudian dikubur.
- Bersihkan semua saringan air (multiple-screening) yang terpasang di sub-inlet
maupun supply canal.
- Pembersihan sistem irigasi dan peralatannya selesai bila semua sistem irigasi dan
peralatannya bersih dari kotoran dan hewan pengganggu serta siap dioperasikan.
3.1.3. Pengeringan tambak dan treatment pond
Pengeringan tambak merupakan proses penjemuran tambak dan treatment pond dibawah
terik sinar matahari yang dilakukan setelah tambak selesai panen. Proses ini bertujuan mempercepat
oksidasi bahan-bahan beracun (seperti: NH3, H2S, CH4) dan untuk membunuh bakteri patogen
(seperti: Vibrio sp) serta organisme pengganggu. Bila tambak tidak dikeringkan, maka bakteri
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
17
patogen dan organisme pengganggu akan berkembang biak lebih banyak sehingga akan
mengganggu proses budidaya.
a. Pengeringan tambak
- Keringkan semua bagian yang tergenang dengan mengalirkan air ke semua pipa
pembuangan, jika masih ada sisa air, keringkan dengan menggunakan pompa.
- Pada tambak yang tidak bisa kering, untuk meminimalkan resiko kontaminasi
patogen dilakukan aplikasi desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Jemur secara alami di bawah terik matahari.
- Pengeringan dan penjemuran dikategorikan baik bila tanah retak–retak atau ORP
minimal -50 mV.
b. Pengeringan treatment pond
- Keringkan air melalui saluran pembuangan ke sub-inlet untuk kemudian dibuang ke
main outlet melalui supply canal dan sub-outlet.
- Lakukan penjemuran dibawah terik sinar matahari.
- Pengeringan dan penjemuran dikategorikan baik apabila tanah retak–retak atau ORP
minimal –50 mV.
3.1.4. Pemasangan Perlengkapan Tambak
Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan tambak ke tahap pengisian
air. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kendala pada tahap berikutnya. Perlengkapan tambak dan
treatment pond harus dipasang sebelum pengisian air.
a. Perlengkapan tambak yang harus dipasang, meliputi:
- Benang penghalau burung (Bird Scaring Device). Pasang benang jenis D-9 PE dengan
jarak antar benang 2 meter. Tujuan pemasangan BSD di tambak untuk mencegah
masuknya burung ke dalam tambak yang berpotensi menularkan penyakit antar
tambak.
- Kincir dan kelengkapannya, pasang kincir minimal 8 unit (10 HP) dengan model
sirkular atau kupu-kupu. Hal ini bertujuan agar distribusi oksigen merata dan lumpur
dapat terakumulasi pada area tertentu di dasar tambak sehingga mempermudah
siphon dan memperluas feeding area.
- Strimin filter I, pasang strimin filter I di central drain dan side drain dengan cara
masukkan filter I ke dalam strimin kemudian diikat dengan tali. Hal ini bertujuan
untuk mencegah benur keluar dari tambak. Strimin filter ini bisa dilepas untuk
memperlancar proses ganti air setelah udang mencapai MBW minimal 6 gram.
- Stand pipe 2 meter, pasang stand pipe di saluran inlet, central drain, side drain,
clean water canal dan sub-outlet. Stand pipe berfungsi untuk mengatur pemasukan
dan pengeluaran air tambak.
- Strimin filter 300 mikron dan 1 mm, pasang strimin filter 300 mikron dan 1 mm
pada pipa inlet secara rangkap (1mm di sebelah dalam 300 mikron). Hal ini
bertujuan untuk mencegah masuknya carrier penyakit, predator dan hewan
kompetitor ke dalam tambak.
- Water level, pasang water level pada posisi dasar tambak yang datar dan mewakili
level air tambak, untuk mengetahui ketinggian air tambak.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
18
b. Perlengkapan treatment pond yang harus dipasang, meliputi:
- Stand pipe 3 meter, pasang stand pipe di side drain, untuk mengatur keluarnya air
dari treatment pond sesuai dengan kebutuhan.
- Strimin filter 300 mikron dan 1mm, pasang strimin filter 300 mikron dan 1mm
secara rangkap pada pipa inlet (pipa pompa 10”) dan pipa pengeluaran di
quarantine pond. Tujuan penyaringan ini adalah untuk mencegah masuknya carrier
penyakit, predator dan hewan kompetitor serta sampah masuk ke quarantine pond
dan sistem budidaya.
- Strimin filter 2 mm dan atau waring 4 mm, pasang strimin filter 2 mm pada pintu air
di depan KSB, atau waring 4 mm dipasang di pipa pompa KSB.
- Strimin filter 1 mm atau 300 mikron, pasang strimin filter 1 mm atau 300 mikron
pada pintu A (pintu antara treatment pond 73 dan supply canal.
- Jaring trawl D9 PE mesh-size ½ inci atau 3/4 inci, dipasang di depan pintu C (culvert)
dan sub-inlet (saringan pengaman KSB).
- Benang pengusir burung (BSD), pasang benang BSD dengan jarak maksimal 2 meter
dan tinggi 2 meter dari permukaan tanggul. Hal ini bertujuan untuk mencegah
masuknya burung ke dalam treatment pond.
- Pagar plastik penghalang kepiting (CPD), pasang CPD dari bahan plastik terpal yang
mempunyai permukaan licin selebar 50 cm, dipasang dengan ketinggian 30 cm dari
permukaan tanggul dan 20 cm ditanam ke dalam tanah.
- Sebelum CPD dipasang, bersihkan rumput atau tanaman lain di sekelilingnya. CPD
dipasang mengelilingi seluruh areal luar tanggul treatment pond.
3.1.5. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menetralisir keasaman tanah (pH tanah standar 6,5-7,0),
meningkatkan konsentrasi total alkalinitas air agar sesuai dengan standar budidaya udang. Bila
tidak dilakukan pengapuran pada tanah tambak dengan pH dibawah standar, maka pada saat
budidaya akan sulit untuk menaikkan alkalinitas air.
Jenis kapur yang dapat digunakan adalah dolomit (CaMg(CO3)2, kapur hidrat (Ca(OH)2,
kapur pertanian (CaCO3) dan kapur bakar (CaO). Sebelum pengapuran terlebih dahulu dilakukan
pengukuran pH tanah. Jumlah kapur yang digunakan sangat bergantung pada hasil pengukuran pH
tanah dasar tambak.
Total
Alkalinitas
(ppm)
pH tanah
(standar unit)
Kapur yang
diperlukan
(kg/ha)
< 5 < 5,0 3000
5 - 10 5,0 – 5,4 2500
10 - 20 5,5 – 5,9 2000
20 - 30 6,0 – 6,4 1500
30 - 50 6,5 – 7,5 1000
Tabel. 3.1. Kebutuhan kapur berdasarkan pH tanah
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
19
3.1.6. Persiapan Tambak Khusus
a. Persiapan tambak panen atau flushing akibat penyakit
a) Tambak yang akan dilakukan re-stocking
- Setelah panen/flushing, tambak diisi air setinggi maksimum 20 cm pada
dasar tambak tertinggi, kemudian dilakukan aplikasi klorin dengan dosis 100
ppm aktif, dan dibiarkan terendam selama minimum 72 jam.
- Setelah itu tambak dikeringkan total, hindari adanya genangan air. Pada
dasar tambak yang masih terdapat genangan diberi CaO sampai pH 10.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian kubur
bangkai udang tersebut.
- Biarkan dasar tambak kosong selama 3 hari.
- Masukkan air setinggi 120 cm.
- Lakukan pemupukan hingga siap tebar.
a) Non Re-stocking, pada tambak dengan kasus ini dilakukan tahapan- tahapan
persiapan tambak sebagai berikut :
- Setelah panen/flushing, tambak diisi air setinggi 20 cm, kemudian dilakukan
aplikasi klorin dengan dosis 100 ppm aktif, bertujuan untuk membunuh sisasisa
udang dan carrier.
- Setelah 72 jam air tambak dikeringkan total, hindari adanya genangan.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian kubur
bangkai udang tersebut.
- Setelah itu lakukan aktivitas tahapan persiapan seperti tambak normal.
b. Persiapan tambak flushing akibat populasi (SR) rendah
Tambak populasi rendah adalah tambak yang mengalami penurunan jumlah udang yang
tinggi dalam waktu yang relatif singkat (maksimal 30 hari setelah tebar benur), sehingga
budidaya tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi. Tahap persiapan tambak flushing akibat
SR rendah adalah sebagai berikut:
- Aplikasi desinfektan 1,5 ppm untuk membunuh udang dan carrier dalam
tambak.
- Biarkan selama 3 hari untuk memastikan semua udang mati.
- Kuras dan keringkan air tambak.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian bangkai
udang dikubur.
- Lakukan penjemuran tambak selama 3 hari.
- Masukkan air setinggi 120 cm.
- Lakukan pemupukan hingga siap tebar.
3.2. Persiapan Air
Persiapan air merupakan tahapan budidaya udang yang dimulai setelah persiapan tambak
selesai sampai dengan tambak siap tebar benur. Persiapan air bertujuan menyediakan air tambak
yang mempunyai kualitas sesuai untuk pertumbuhan udang.
Faktor Risiko : persiapan air yang tidak baik akan menyebabkan masuknya bibit penyakit dan
carrier serta tidak tersedianya pakan alami yang cukup untuk pertumbuhan udang.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
20
Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang dilakukan meliputi:
- Desinfeksi menggunakan bahan dan dosis yang tepat untuk membunuh predator dan carier.
- Penumbuhan plankton dan pakan alami untuk mencukupi kebutuhan udang pada awal
budidaya, serta mendapatkan kualitas air yang stabil.
- Ketinggian air tambak 110 cm atau maksimal 120 cm untuk mendapatkan oksigen yang
cukup dan suhu yang stabil. Ketinggian air treatment pond 170 – 200 cm agar kebutuhan air
selama proses budidaya tercukupi.
- Salinitas 15 – 30 ppt, untuk mendapatkan pertumbuhan udang optimal.
Tahap persiapan air meliputi persiapan pengisian air, pengisian air, desinfeksi air, penumbuhan
plankton dan pakan alami.
3.2.1. Persiapan Pengisian Air
Pada tahap ini kondisi tambak/modul baik konstruksi, material dan sarana budidaya
serta faktor pendukung (salinitas dan pasang surut main inlet/MI) harus layak untuk pengisian
air. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengisian air ke sistem :
- Amati kondisi main inlet secara visual (air MI terbebas dari plankton yang merugikan,
bangkai ikan dan udang liar serta sampah yang lain).
- Ukur salinitas air main inlet (hubungi Laboratorium Lapangan).
- Pastikan semua filter yang berfungsi sebagai multiple-screening sudah dipasang dengan
baik dan benar.
Pelaksana: TPO untuk treatment pond dan petambak untuk tambak budidaya.
Siapkan dan pasang peralatan tambak, antara lain:
- Filter I dan strimin 1 mm.
- Strimin filter pipa inlet menggunakan strimin 300 mikron dirangkap strimin 1 mm.
- Kincir dan perlengkapannya
- Water level dan secchi-disc.
- Sampan.
- Papan monitoring atau buku data harian
- Anco.
- Serok klekap dan serok udang.
- Blong fermentasi.
Pelaksana: petambak.
Buka bloking pintu C atau culvert untuk memasukkan air dari MI ke treatment pond.
Pelaksana: Departemen Pond Maintenance
Tentukan urutan tambak yang siap isi air. Pelaksana: tim Aquaculture.
3.2.2. Proses Pengisian Air
Pengisian air adalah kegiatan memasukkan air ke treatment pond, supply canal, dan
culture pond (tambak).
Tahap pengisian air ke treatment pond, meliputi:
- Lakukan pemompaan air dari MI melalui sub inlet ke treatment pond dengan pompa
KSB. Untuk mempercepat suplai air ke SI maka operasikan pompa quarantine pond.
Proses pemenuhan air di TP berlangsung sekitar 3-4 hari.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
21
- Apabila air treatment pond sudah penuh, bersihkan/angkat sampah dan kotorankotoran
lainnya yang terapung di permukaan air dengan menggunakan serok dan
segera hidupkan kincir. Kincir di treatment pond operasi 100%.
Tahap pengisian air ke tambak budidaya (culture pond), adalah sebagai berikut:
- Buka inlet yang sudah dilengkapi dengan strimin 300 mikron yang dirangkap strimin 1
mm
- Isi air tambak sampai ketinggian 120 cm atau maksimal 130 cm.
- Setelah air di tambak penuh, bersihkan sampah dan klekap serta kotoran-kotoran
lainnya yang terapung di permukaan air dengan menggunakan serok.
- Operasikan semua kincir (kincir operasional 100%)
Pelaksana: petambak.
Proses pemenuhan air tambak dalam satu modul berlangsung sekitar 5-10 hari
tergantung pasang surut MI dan kondisi pompa.
3.2.3. Desinfeksi Air
Desinfeksi adalah aktivitas membunuh carrier (pembawa virus) dan predator dengan
menggunakan desinfektan. Desinfeksi tambak dan TP dilakukan secara bersamaan dan berurutan
dari posisi yang paling tinggi terlebih dulu.
3.2.3.1. Treatment Pond dan Sistem Irigasi
a. Desinfeksi air di treatment pond :
i. Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong/ember dan encerkan dengan
air tambak.
- Tebar secara merata dan lakukan dari atas sampan.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhirup maupun
kontak dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan
tersebut adalah bahan berbahaya).
ii. Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan Desinfeksi dilakukan 14–21 hari
sebelum tebar benur.
iii. Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi desinfektan.
Pelaksana: TPO dan petambak secara gotong royong.
b. Desinfeksi air di sistem irigasi :
- Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Lakukan desinfeksi di supply canal terlebih dahulu sebelum desinfeksi di
tambak maupun kanal lain (SI dan CWC).
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong/ember dan encerkan dengan air
tambak.
- Tebar secara merata.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhisap maupun kontak
dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan tersebut
adalah bahan berbahaya).
Pelaksana: TPO dan petambak.
Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan selang waktu minimal 3 hari. Desinfeksi
dilakukan 14–21 hari sebelum tebar benur.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
22
3.2.3.2. Tambak budidaya (Culture Pond)
a. Desinfeksi air dari carrier
- Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong dan encerkan dengan air tambak.
- Tebar secara merata dan lakukan dari atas sampan.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhisap maupun kontak
dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan tersebut
adalah bahan berbahaya).
- Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi desinfektan.
Pelaksana: petambak.
Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan selang waktu minimal 3 hari. Desinfeksi dilakukan
14–21 hari sebelum tebar benur.
b. Pembasmian ikan-ikan liar (Predator)
- Lakukan pembasmian predator dengan Tea Seed Meal (TSM) minimal 3 hari
setelah aplikasi desinfektan.
- Siapkan TSM aktif dengan dosis 25 ppm.
- Rendam TSM di dalam blong selama 6 - 8 jam sebelum diaplikasikan ke
dalam tambak.
- Tebar air hasil rendaman secara merata dari atas sampan.
- Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi TSM.
Pelaksana: petambak.
3.2.4. Penumbuhan Plankton
Jenis plankton yang dibutuhkan adalah alga hijau dan diatomae. Penumbuhan alga hijau dan
diatomae dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik serta pengapuran.
Pupuk organik, berupa: fermentasi, probiotik (Pro#14), super PSB. Sedangkan pupuk anorganik
adalah urea dan TSP atau pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan fosfat. Untuk pengapuran
digunakan dolomit.
PERLAKUAN HARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Desinfektan(ppm) 3 3
TSM (ppm) 25
Urea (ppm) 1 1 1 1 1 1 1
TSP/SP 36 (ppm) 0.5 0.5 0.5
Fermentasi (kg) 15 15 15 15 15
Pro#14 (ltr) 40 40 40 40 40 40 40
Super PS (ltr) 20 20
Dolomite (kg) 50 50 50 50 50
Tabel. 3.2. Dosis pemupukkan
a. Pemupukan air dengan Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang berbentuk butiran kristal berwarna putih sebagai sumber
nitrogen yang dibutuhkan oleh plankton.
Metode pemupukan:
- Siapkan pupuk urea 1 ppm setiap perlakuan (7 kali perlakuan dengan waktu
pemupukan sesuai dengan jadwal di atas).
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
23
- Larutkan pupuk urea di dalam blong dengan air tambak.
- Tebarkan secara merata ke dalam tambak antara jam 09.00 sampai 13.00 pada saat
cuaca cerah.
- Operasikan kincir saat pemupukan untuk meratakan urea dalam tambak.
b. Pemupukan air dengan TSP
Pupuk TSP berbentuk butiran berwarna abu-abu yang keras sebagai sumber fosfat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Pemupukan dengan TSP dapat dilakukan dengan 2 cara :
Cara pertama :
- Siapkan pupuk TSP 0,5 ppm setiap perlakuan (3 kali perlakuan dengan waktu
pemupukan disesuaikan dengan Tabel 4).
- Rendam butiran pupuk TSP atau SP 36 ke dalam air tawar, aduk sampai larut.
- Encerkan dengan air tambak lalu tebarkan secara merata ke dalam tambak antara
jam 09.00 sampai 13.00 pada saat cuaca cerah.
- Operasikan kincir saat pemupukan untuk meratakan TSP atau SP 36 dalam tambak.
Cara kedua :
- Bungkus pupuk TSP atau SP 36 dengan kantong plastik yang diberi lubang-lubang
atau kantong strimin.
- Gantungkan di jembatan anco untuk direndam di dalam tambak sedalam 30-50 cm
dari permukaan air.
c. Fermentasi dedak dan bungkil kacang kedelai.
- Siapkan dedak dan bungkil kacang kedelai (BKK).
- Rendam dedak atau bungkil kacang kedelai ke dalam air tawar selama 3 hari.
- Aduk setiap hari rendaman tersebut secara merata supaya terjadi kondisi aerob.
- Tebar secara merata ke seluruh permukaan air tambak pada pagi hari atau sore
hari.
- Operasikan kincir saat penebaran fermentasi.
d. Probiotik (Pro#14)
- Siapkan 40 liter pro#14 di dalam blong.
- Tebar secara merata ke dalam tambak pada pagi hari antara jam 08.00 sampai
10.00 WIB.
- Operasikan semua kincir saat penebaran probiotik.
e. Super PSB
- Siapkan 20 liter super PSB di dalam blong.
- Tebar ke dasar tambak dengan menggunakan “selang benang” ¾ inchi pada pagi hari
antara jam 08.00 sampai 10.00 WIB.
- Lakukan penebaran Super PSB sesuai kebutuhan (lihat Tabel 4)
- Pada saat perlakuan, semua kincir dalam keadaan tidak operasi agar tidak terjadi
turbulensi sehingga Super PSB segera mencapai dasar tambak.
- Operasikan semua kincir setelah aplikasi selesai.
f. Dolomite
- Aplikasi dolomit bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai alkalinitas di tambak di
atas 80 ppm.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
24
- Siapkan 50 kg dolomit.
- Tebar dolomit ke dalam tambak pada pagi atau malam hari.
g. Penumbuhan Pakan alami
Ketersediaan pakan alami seperti detritus, bentos dan zooplankton sangat diperlukan
pada awal budidaya.
- Siapkan bahan-bahan :
§ Molase 10 liter
§ Tepung ikan 10 kg
§ Dedak 25 kg
§ Ragi tape 80 gr
§ Air tawar 50 liter
- Bahan-bahan molase, tepung ikan dan dedak direbus.
- Dinginkan dan tambahkan ragi tape untuk membuat fermentasi dengan melakukan
pemeraman selama 3 hari.
- Tebar secara merata ke dalam tambak.
- Lakukan penebaran fermentasi pada 7 hari setelah isi air. Ulangi perlakuan tersebut
7 hari sebelum dan setelah tebar.
3.3 Penebaran Benur
Penebaran benur merupakan proses memasukkan benur ke dalam tambak yang didahului
dengan proses aklimatisasi. Benur bisa berasal dari Hatchery atau Nursery Pond. Hari penebaran
benur dihitung sebagai awal budidaya atau DOC 1. Penebaran benur dilakukan 14 – 21 hari setelah
pelaksanaan desinfeksi yang ke-2. Proses penebaran benur meliputi beberapa kegiatan, yaitu
persiapan tebar, pemasangan survival cage dan penebaran benur.
Faktor Risiko
- Benur yang berkualitas tidak baik (lemah, menggumpal atau banyak kematian karena
transportasi) akan meningkatkan potensi terinfeksi penyakit dan SR rendah.
- Kualitas air benur dari hatchery yang tidak memenuhi standar memiliki potensi
menyebabkan benur lemah.
- Kualitas air tambak pada saat tebar yang tidak memenuhi standar, memiliki potensi
menyebabkan kematian benur (SR benur yang ditebar rendah).
- Aklimatisasi benur terhadap faktor lingkungan tambak (suhu dan salinitas) yang tidak
memenuhi standar, memiliki potensi menyebabkan kematian benur yang ditebar.
3.3.1. Uji Kualitas Benur
a. Uji Laboratorium
Pengujian di laboratorium meliputi pemeriksaan kualitas benur secara mikroskopik
(epicomensal, MGR, necrosis), uji stres (tes formalin dan salinitas), uji keseragaman dan
menguji kualitas air dalam kantong benur. Pengujian ini dilakukan oleh personel
Laboratorium. Pengujian dilakukan pada saat benur sampai di pond site.
b. Uji Benur di Lapangan
Pengujian benur di lapangan meliputi pengamatan visual, penghitungan jumlah benur dan
mengamati kematian benur.
- Ambil sampel kantong benur. Tuang benur dari kantong ke dalam baskom.
- Aerasi benur selama 10 menit untuk menjaga DO tetap tinggi dan rekondisi benur.
- Angkat aerasi dan putar air benur dan amati kondisi benur
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
25
- Sipon benur yang menggumpal/lemah ke dalam baskom yang lebih kecil dan aerasi.
- Hitung benur yang sehat.
- Lakukan proses seleksi sekali lagi untuk benur yang menggumpal/lemah, dengan
menyiponnya kembali setelah airnya di putar.
- Hitung benur yang sehat dan lemah/mati. Benur yang lemah/mati harus dihitung
untuk mengetahui jumlah kematian benur akibat transportasi.
Parameter Satuan L vannamei P. monodon
PL Hari 10 - 15 11 – 15
Panjang Mm > 8.1 > 10.7
Keseragaman < 0.8 < 0.8
SR Formalin % > 95 > 95
SR Salinitas % > 95 > 95
DO ppm > 14 > 14
Suhu °C 22 - 24 22 - 24
pH 7.4 - 7.9 7.4 - 7.9
TAN Ppm 0 - 0.1 0 - 0.1
Selisih salinitas Ppt < 5 < 5
Tabel. 3.3. Parameter standar kualitas benur
Catatan:
- Standar parameter kualitas air laboratorium masih menggunakan
standar yang berlaku saat ini.
- Mulai berlaku efektif tanggal 15 Agustus 2004.
ALUR PROSES PENERIMAAN BENUR DI POND SITE
Benur Datang
Dilakukan Aerasi selama 2 jam sambil
Dilakukan Penambahan Air dari
Hatchery hingga Mencapai Suhu
Normal
Benur Menggumpal
> 20%?
Pengambilan Sampel
untuk Sampling
Sampel Dituang ke
dalam Ember Sampling
Aerasi selama 10 menit
Air Diputar
Benur Sehat > 70 %
Dilakukan Sipon untuk Benur yang
Mati/lemah
Penghitungan Benur yang
Sehat
Benur Siap Tebar
Penghitungan Benur yang Sehat
Dilakukan Sipon untuk Benur yang
Mati/lemah
Tolak Benur
Benur Siap Tebar
YES
NO
YES
Bukti Tebar Benur NO
(BTB) Bukti Tebar Benur
(BTB)
Berita Acara
Penolakan Benur
Gbr. 3.1. Alur proses penerimaan benur di pond site
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
26
3.3.2. Penghitungan Benur
Penghitungan jumlah benur dilakukan dengan cara:
- Ambil sampel kantong benur secara acak dari setiap kode benur yang datang dengan
perbandingan 500,000 benur diwakili 1 kantong benur sebagai sampel.
- Ikuti alur proses penerimaan benur.
- Hitung rata-rata hasil penghitungan benur per kantong masing-masing kode.
- Hitung jumlah kantong yang harus dikirim ke masing-masing tambak.
Contoh perhitungan :
Target tebar = 475,000 ekor/ tbk.
Kode benur = V.1.1
Estimasi benur / ktg(hatchery) = 5,000 ekor/ktg.
Estimasi tebar = 95 ktg / tambak.
No. Sample
Jumlah Benur per Kantong
Estimasi Aktual
1 5,000 4,800
2 5,000 4,670
3 5,000 5,100
Total 15,000 14,570
Rata-rata 5,000 4,857
Tabel. 3.4. Contoh perhitungan hasil sampling benur
Aktual jumlah kantong per tambak = (475,000/4,857) = 97.8 kantong, kemudian dibulatkan
menjadi 98 kantong dengan padat tebar ( 98 x 4,857 ) = 475,953 ekor per tambak. Benur
yang menjadi sample perhitungan kemudian dimasukkan kembalike dalam kantong dan
disertakan dalam penebaran.
3.3.3. Penebaran Benur
Tahap penebaran benur meliputi penghitungan kantong benur, pengecekan ulang kondisi
kantong dan benur tiap kantong sebelum masuk ke tambak, pengangkutan kantong dari subroad ke
tambak, aklimatisasi suhu dan salinitas serta penglepasan benur ke tambak.
a. Penghitungan kantong benur yang dikirim ke tambak
- Hitung jumlah kantong benur yang diturunkan dari truk ke subroad depan masingmasing
tambak.
- Sesuaikan jumlah kantong benur dengan data pengiriman yang dibawa oleh mobil
distribusi.
- Penghitungan kantong benur dilakukan oleh petambak dan dilaporkan kepada tim
aquaculture.
b. Pemeriksaan kondisi kantong dan benur
- Cek ulang kondisi kantong dan benur untuk memastikan tidak terjadi penurunan
kualitas akibat proses distribusi. Kondisi yang diinginkan adalah kantong dan benur
tetap dalam kondisi baik.
- Sisihkan kantong yang bocor atau kondisi benur menggumpal, dan segera laporkan
ke tim aquaculture.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
27
- Pemeriksaan kondisi kantong dan benur ini dilakukan oleh petambak dan
berlangsung selama ±15 menit.
c. Pengangkutan benur ke tambak
- Angkat dan bawa seluruh kantong benur yang memiliki kondisi baik ke tambak.
- Masukkan kantong benur ke salah satu sisi tambak yang sudah diberi pembatas agar
kantong benur tidak terbawa arus.
- Operasikan semua kincir agar DO tetap tinggi kecuali pada sisi yang mengarah ke
kantong benur.
- Pengangkutan kantong benur ini dilakukan oleh petambak dan membutuhkan waktu
±10 menit.
d. Aklimatisasi dan Penglepasan Benur
Aklimatisasi konvensional Biarkan kantong-kantong benur terapung dan disirami air tambak
selama 15 – 30 menit untuk aklimatisasi suhu. Selama aklimatisasi suhu ini kantong benur
tetap dalam kondisi tertutup.
- Tunggu sampai kantong-kantong benur mengembun.
- Buka kantong-kantong benur secara bertahap untuk aklimatisasi salinitas
- Tambahkan air tambak pada kantong-kantong yang sudah dibuka dengan cara
disiram dan goyangkan kantong tersebut secara berkala supaya air bisa bercampur
dengan baik. Lama pencampuran air tambak dan air kantong bergantung pada
selisih salinitas antara keduanya, dan berkisar antara 30 menit sampai 1 jam.
- Lepaskan benur dengan memiringkan kantong yang telah dibuka secara perlahan,
dan biarkan benur keluar dengan sendirinya.
- Waktu yang dibutuhkan mulai benur tiba di tambak hingga tebar selesai sekitar 1.5
- 2 jam.
- Kumpulkan kantong-kantong tersebut dan simpan, sehingga tidak mengotori
tambak.
- Pelaksanaan aklimatisasi dan penglepasan benur dilakukan secara perorangan oleh
setiap petambak. Hal ini sebagai bentuk pelaksanaan biosecurity pada saat tebar.
3.3.4. Pemasangan hapa
Hapa di pasang untuk mengetahui mortalitas karena pengaruh dari proses tebar
- Siapkan hapa dari strimin 1000 atau 300 mikron dengan ukuran panjang 3 m, lebar
3 m, dan tinggi 0.2 m.
- Pasangkan hapa dengan mengggunakan tali 5 mm yang diikatkan pada masingmasing
sudut hapa,
- Letakkan hapa pada: 30 – 40 cm di bawah permukaan air (dengan menambah
pemberat ditengah hapa) dan di daerah yang aman dari kotoran, arus kincir dan DO
rendah,
- Setelah benur diaklimatisasi dan siap tebar, lakukan penebaran semua benur di atas
hapa. Benur yang sehat langsung keluar dari hapa dan benur yang mati tertinggal di
dalam hapa.
- Cek mortalitas di dalam hapa setelah 12 jam dari penebaran,
- Angkat hapa perlahan-lahan, kumpulkan benur yang mati di bagian tengah hapa, lalu
di serok,
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
28
- Tampung benur yang mati dalam baskom, tambahkan air lalu di siphon untuk
memisahkan benur yang mati dengan benur yang hidup. Tebar lagi benur yang
hidup,
- Dengan metode sampling kering, hitung benur yang mati dengan menggunakan
sendok yang sudah ditera terlebih dahulu.
Jumlah benur yang mati didapat dari perkalian jumlah sendok dengan jumlah benur mati
dalam satu sendok..
Contoh:
Jumlah benur PL 11 yang mati dalam satu sendok: 2179 ekor, Jumlah total benur
mati : 10 sendok, jadi total mortalitas saat tebar adalah : 2179 X 10 = 21,790 ekor.
Keputusan replacement/additional dapat diperoleh dari penghitungan jumlah benur
yang mati di dalam hapa dikurangi jumlah benur yang mati saat sampling.
Contoh penghitungan:
- PL benur: 11.
- Satu sendok: 2179 ekor.
- Kematian di sampling: 95 ekor/boks
- Jumlah tebar satu tambak: 100 boks, berarti ada 95 x 100 boks = 9,500 ekor benur yg
sudah dikurangkan pada saat sampling.
- Kematian di hapa: 21,790 ekor
- KeputusanReplacement/Additional: 21,790 – 9,500= 12,290 ekor.
Pemasangan hapa dan penghitungan kematian benur di hapa dilakukan oleh petambak
dan disaksikan oleh Aquaculture.
PL Jumlah Benur per Sendok
9 2,387
10 2,283
11 2,179
12 2,061
13 1,971
14 1,867
15 1,763
Tabel. 3.5. Jumlah benur per sendok
3.4. Pembesaran Udang
3.4.1. Manajemen Kualitas Air
Manajemen kualitas air pada dasarnya adalah pengelolaan parameter kualitas air harian
agar selalu berada dalam kisaran optimal yang dibutuhkan dalam budidaya udang. Hal ini sangat
penting untuk mencegah udang mengalami stres yang dapat mempertinggi risiko udang terserang
berbagai macam penyakit. Parameter kualitas air yang harus dikelola dengan baik adalah :
a. Transparansi dan warna air
Parameter kualitas air ini merupakan pencerminan dari jenis dan kepadatan plankton yang
ada. Inti dari pengelolaan parameter ini adalah agar tiap perubahannya dapat diikuti dan
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
29
diantisipasi agar tidak terjadi stres pada udang yang dibudidayakan. Pembahasan
selanjutnya pada item tentang jenis dan jumlah plankton. Pengukuran dilakukan setiap hari
oleh petambak dan team dari aquaculture.
b. pH (Potential Hydrogen/Derajat Keasaman)
Dalam budiaya udang, kita menginginkan agar nilai pH perairan tambak adalah sama atau
mendekati sama dengan nilai pH tubuh udang. Hal ini ditujukan agar udang tidak mengalami
stres dalam menyesuaikan pH tubuh dengan lingkungannya. Kita harus menjaga kisaran pH
perairan tambak berkisar antara 7,5 – 8,5. Jika nilai pH perairan tambak berada di bawah
kisaran yang distandarkan, maka kita harus menaikkan nilai pH tersebut dengan cara
pemberian kapur, demikian sebaliknya jika pH perairan, kita turunkan misalnya dengan cara
pemberian saponin aktif. Pengukuran pH dilakukan setiap 5 hari sekali, pagi dan siang.
c. DO (Disolved Oxygen / Oksigen Terlarut)
Mengelola DO menjadi sangat penting karena DO merupakan salah satu faktor kunci dalam
budidaya udang. Kandungan DO pagi hari dalam budidaya udang distandarkan harus di atas
4 ppm, dan siang hari di atas 6 ppm. Mengelola kandungan DO dalam perairan tambak
sangat erat hubungannya dengan jumlah dan jenis phytoplankton, jumlah dan kondisi
aerator yang ada, biomass udang, banyak sedikitnya bahan organik dalam tambak, aktivitas
bakteri dan lainnya, yang akan mempengaruhi ekosistim dalam tambak. Konsentrasi oksigen
terlarut dibawah 4 ppm, akan membuat udang menjadi sulit dalam menangkap oksigen,
sehingga udang akan naik ke permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Jika hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama, maka udang akan mati lemas. Perlakuan yang harus
kita lakukan dalam kejadian ini adalah diantaranya dengan masukkan air segar ke tambak,
memaksimalkan operasional aerator dan memberikan kapur agar proses respirasi selain
udang menjadi terhambat. Pengukuran oksigen terlarut ini dilakukan setiap 5 hari sekali,
pagi dan siang.
d. Salinitas (Kadar Garam)
Salinitas lingkungan yang optimal dibutuhkan udang untuk menjaga kandungan air dalam
tubuhnya (terutama sel tubuh) agar dapat melangsungkan proses metabolisma dengan baik.
Dinding sel bersifat semipermeable, yaitu saling tarik menarik antara larutan di dalam sel
dengan larutan yang berada dalam lingkungannya karena tekanan osmotik. Jika kadar garam
dalam sel lebih tinggi dari lingkungannya, maka air dari lingkungan akan masuk ke dalam sel,
sehingga sel akan membengkak. Demikian sebaliknya jika kadar garam lingkungannya lebih
besar dari sel tubuh, maka cairan dalam sel akan tertarik keluar sehinggan udang akan
“kurus”. Untuk itu perlu menjaga kadar garam perairan tambak, terutama jika terlalu tinggi.
Kadar garam yang optimal bagi pertumbuhan udang adalah berkisar antara 15 – 30 ppt. Hal
yang dapat kita lakukan jika kadar garam perairan tambak terlalu tinggi adalah dengan lebih
sering mengganti air, sehingga freshness perairan akan terjaga. Pengukuran kadar garam
perairan tambak dilakukan setiap 5 hari sekali.
e. Suhu (Temperatur)
Suhu perairan sangat mempengaruhi kondisi udang terutama nafsu makannya. Hal ini
berkaitan dengan proses metabolisma tubuh udang. Semakin tinggi suhu perairan, semakin
tinggi pula proses metabolisma dalam tubuh udang. Sebaliknya jika suhu perairan sangat
rendah, maka proses metabolisma tersebut akan terhambat sehingga udang tidak mau
makan. Penggunaan aerator yang optimal akan membantu menjadikan perairan mempunyai
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
30
suhu yang homogen antara lapisan atas perairan, tengah dan dasar, sehingga tidak akan
terjadi stratifikasi suhu. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah berkisar
antara 28 – 30 0C. Pengukuran suhu dilakukan tiap 5 hari sekali, pagi dan siang.
f. Total Ammonia Nitrogen (TAN)
Pengukuran TAN bertujuan untuk mengetahui kandungan ammoniak dalam tambak sebagai
sisa hasil metabolisme udang, plankton mati, input bahan organik serta sisa pakan yang
tidak terurai. Kadar TAN maksimal dalam tambak adalah 2 ppm. Jika nilai TAN tinggi, berarti
sisa bahan organik dalam tambak tidak terurai dengan baik dan tambak harus segera
disiphon. Pengukuran TAN hanya dilakukan juka ada permintaan.
g. Amoniak bebas (NH3)
Amoniak bebas ini terbentuk karena proses penguraian bahan organik tidak berjalan dengan
baik. Seperti diketahui bahwa dalam budidaya udang, pakan yang diberikan mengandung
kadar protein yang tinggi. Sedangkan udang yang dibudidayakan mempunyai sistim
pencernaan yang sangat sederhana, sehingga kotoran udang masih mengandung kadar
protein yang tinggi. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan kotoran udang akan menumpuk
menjadi bahan organik dengan kadar protein tinggi. Jika protein tersebut tidak terurai
dengan baik, maka kandungan amoniak dalam perairan tambak akan tinggi. Kadar amoniak
bebas dalam perairan tambak udang yang distandarkan adalah maksimal 0,01 ppm. Jika
lebih dari itu, dasar tambak harus disiphon. Hal ini berkaitan dengan salah satu sifat udang
yang disebut Ammonothelic seperti dijelaskan dibagian pendahuluan. Pengukuran kadar
amoniak bebas dilakukan tiap 5 hari sekali, bisa bergabung dengan pengukuran TAN atau
diukur tersendiri menggunakan Ammonia Test Kit.
h. Alkalinitas
Alkalinitas adalah jumlah basa yang terdapat dalam air. Basa yang dimaksud adalah
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida (OH-). Alkalinitas menjadi kunci
penting dalam kualitas air karena kemampuannya dalam menyangga perubahan pH karena
penambahan asam, tanpa menurunkan nilai pH. Untuk itu, selain pengukuran alkalinitas
total, diukur pula alkalinitas bikarbonat, yang nilainya distandarkan sama atau sedikit lebih
rendah/kecil dari nilai alkalinitas total ( ≥ 70 persen dari nilai alkalinitas total). Standar nilai
alkalinitas dalam perairan tambak adalah ≥ 80 ) ppm. Jika air tambak mempunyai nilai
alkalinitas dibawah standar, maka yang kita lakukan adalah aplikasi kapur, bakteri pengurai
dan penambahan gas CO2. Pengukuran alkalinitas dilakukan tiap 5 hari sekali.
i. Total Vibrio Count (TVC)
Keberadaan bakteri vibrio dalam perairan tambak, dibedakan dalam dua golongan koloni,
yaitu golongan koloni hijau (green colony) dan golongan koloni kuning (yellow colony).
Untuk mengetahui ke dua koloni tersebut, caranya adalah dengan menumbuhkan bakteri di
plat agar. Hampir semua bakteri vibrio adalah bakteri yang merugikan. Standar TVC dalam
budidaya udang adalah < 2,2 x 103 CFU / ml. Jika perairan tambak mempunyai nilai TVC di
atas standar, kita harus melakukan siphon dan menambahkan probiotik ke perairan tambak.
Pengukuran TVC dilakukan berdasar permintaan ke pihak laboratorium.
j. Jenis dan Jumlah plankton
Dikenal ada dua golongan besar plankton yaitu phytoplankton dan zooplankton.
Phytoplankton adalah jasad renik perairan yang masuk dalam golongan tumbuh-tumbuhan,
sedang zooplankton masuk dalam golongan hewan. Parameter kualitas air ini tercermin dari
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
31
warna dan transparansi perairan. Jika suatu perairan didominansi oleh phytoplankton dari
golongan chlorophyta, maka warna air akan nampak hijau, kalau didominansi oleh diatomae,
maka warna air akan coklat. Fungsi utama dari phytoplankton dalam perairan adalah
pemasok oksigen terbesar, pakan alami dan penjaga kestabilan ekosistim tambak. Dalam
mengelola parameter ini, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membuat jenis
plankton yang beragam, bukan didominansi oleh satu jenis plankton saja. Jika suatu perairan
hanya didominansi oleh satu jenis plankton, kekhawatirannya adalah jika plankton tersebut
terkena gangguan dan mati massal, maka perairan akan menjadi bening. Pengukuran jumlah
dan jenis plankton dilakukan setelah ada permintaan ke pihak laboratorium.
k. Hidrogen sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida (H2S) adalah senyawa yang terbentuk karena adanya ikatan kovalen antara
hidrogen dengan sulfur. Hidrogen sulfida merupakan senyawa yang tidak berwarna, mudah
menguap, sangat beracun, kehadirannya biasanya disertai dengan timbulnya bau seperti bau
telur busuk. Hidrogen sulfida terbentuk dari proses dekomposisi (penguraian) bahan organik
dalam keadaan tidak ada oksige (anaerob). Kondisi anaerob sering terjadi di dasar
tambak/tanah dasar, ditempat itu pula biasanya berlangsung pembentukkan gas hidrogen
sulfida. Bakteri yang berperan dalam pembentukkan gas ini adalah Desulfovifrio
desulfuricant, dalam kondisi anaerob aktivitas bakteri ini akan terpacu mereduksi sulfida
menjadi H2S.
l. Nitrite (NO2)
Di perairan alami, nitrite (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrate (NO3) karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Nitrite (NO2) merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amoniak dan nitrate
(nitrifikasi), dan antara nitrate dan gas nitrogen (denitrifikasi). Sumber nitrite di lingkungan
tambak berasal dari bahan organik limbah pakan dan plankton mati di dasar tambak. Kadar
nitrite yang lebih dari 0.05 ppm dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat
sensitif.
Faktor Risiko
Parameter-parameter kualitas air tersebut di atas jika tidak dikelola dengan benar akan
menimbulkan risiko sebagai berikut :
a. Transparansi dan warna air
Terjadi blooming plankton dan atau didominansi oleh jenis-jenis plankton yang
merugikan seperti Blue Green Algae dsb. Blooming plankton menandakan bahwa perairan
tersebut didominansi oleh satu jenis plankton, dan mempunyai kecenderungan untuk mati
massal. Hal ini yang tidak kita inginkan, mengingat bahwa kondisi ini akan berakibat
drop DO, penumpukan bahan organik dan udang jadi turun kualitasnya.
b. pH
pH air diluar standar yang ditentukan. Hal ini akan berdampak pada metabolisma udang,
nafsu makan turun dll.
c. Oksigen terlarut
Risiko terbesar dalam kegagalan mengelola parameter ini adalah udang mati massal
karena haemocyanin udang tidak bisa membawa oksigen yang cukup untuk diedarkan ke
seluruh tubuh.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
32
d. Salinitas
Selain seperti yang telah dijelaskan dalam deskripsi di atas, nilai salinitas yang tinggi akan
membuat udang gagal molting yang berakibat udang akan kuntet, ditumbuhi teritip
bahkan kematian.
e. Suhu
Jika suhu perairan rendah (< 28 0C), maka udang tidak mau makan karena proses
metabolismenya terhambat, namun jika suhu perairan terlalu tinggi (> 30 0C), maka
proses metabolisme udang akan meningkat dan beban insang untuk membuang hasil
ekskresi cair tubuh yang berupa NH3 , akan meningkat.
f. TAN dan NH3
Sifat udang yang ammonothelic, menuntut kita untuk meminimalkan kandungan TAN dan
NH3 dalam perairan. Dengan kandungan TAN dan NH3 yang tinggi, ditambah dengan nilai
pH dan suhu yang tinggi, maka daya racun amoniak akan menjadi berlipat. Resiko
terbesarnya adalah udang keracunan amoniak sehingga berenang tidak tentu arah dan
akhirnya mati.
g. Alkalinitas
Jika alkalinitas berada di bawah standar yang ditentukan, maka tidak ada lagi unsur yang
dapat menyangga perubahan pH. Dengan demikian maka fluktuasi pH pagi dan siang
akan menjdi tinggi/besar. Nilai maksimal dari fluktuasi pH adalah 0,5. Jika fluktuasinya di
atas itu, maka udang akan kehabisan energi dalam menyeimbangkan nilai pH tubuh
dengan nilai pH lingkungan. Udang akan stres, pertumbuhan lambat, bahkan kematian.
h. Total Vibrio Count (TVC)
Bahaya terbesar dari tingginya kandungan TVC perairan adalah terinfeksinya
hepatopancreas dan haemolymph udang oleh bakteri vibrio. Jika hepatopancreas
terinfeksi, maka sel-sel yang ada akan mengalami pembengkakan dan lemak yang ada
menjadi berkurang atau hilang. Kondisi ini akan membuat udang tidak mau makan. Jika
haemolymph yang terinfeksi, maka bakteri vibrio akan menjalar ke seluruh tubuh. Dengan
terinfeksinya hepatopancreas dan haemolymph maka udang akam menjadi tidak mau
makan, tidak bisa molting, lemah dan akhirnya mati.
i. Jenis dan jumlah plankton
Pada tambak dengan air yang bening pada saat penebaran atau selama proses budidaya
berlangsung, akan memberi peluang pada penyebaran penyakit sehingga produktivitas
akan menurun. Demikian juga dengan perairan tambak yang bening dan muncul klekap
serta alga benang, cenderung mempunyai produktivitas yang rendah, apalagi jika klekap
dan alga benang tersebut mati maka potensi penyerangan penyakit akan menjadi lebih
tinggi. Pada tambak dengan air yang berwarna hijau (keberadaan plankton dari jenis
chlorophyta), cenderung mempunyai produktivitas yang lebih baik dan tingkat risiko
terserang penyakit akan lebih kecil.
j. Hidrogen sulfida (H2S)
Keberadaan gas hidrogen sulfida di perairan menjadi ancaman bagi udang karena
memiliki sifat racun/toksik terhadap udang atau hewan air lainnya. Hal ini terjadi karena
keberadaan hidrogen sulfida mengganggu proses respirasi udang, dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan kematian pada udang.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
33
k. Nitrit (NO2)
Keberadaan gas nitrit di perairan menjadi ancaman bagi udang karena memiliki sifat
racun/toksik terhadap udang atau hewan air lainnya. Hal ini terjadi karena keberadaan
nitrit mengganggu proses respirasi udang, dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
kematian pada udang.
PARAMETER PAGI SIANG
pH 7.5 – 8.0 8.0 – 8.5
DO ≥ 4.0 ppm ≥ 6.0 ppm
Suhu ≥ 28.0 ⁰C ≥ 30.0 ⁰C
Kecerahan 25 – 60 cm
TAN < 2.0 ppm
NH3 < 0.01 ppm
TVC < 2.2 x 103CFU/ml
Alkalinitas ≥ 80 ppm
Salinitas 15 – 30 ppt
Plankton Chlorophyta, Diatomae : 50 – 90 %
Dinoflagellata : < 5%
BGA, Zooplankton : < 10 %
H2S < 0.01 ppm
NO2 < 0.1 ppm
Tabel. 3.6. Parameter standar kualitas air budidaya udang
Pertumbuhan udang dapat berlangsung maksimal apabila stabilitas ekosistem tambak dapat
terjaga. Kualitas air harus dicek secara berkala dan dicatat pada form monitoring dan atau buku
harian. Penyimpangan nilai paramater kualitas air harus segera diberikan perlakuan agar parameter
tersebut tidak mempengaruhi laju pertumbuhan udang. Pemberian material tertentu diperlukan
untuk memperoleh kualitas air yang sesuai dengan standar optimum budidaya udang. Berikut ini
pemakaian material yang biasa digunakan :
a. Perlakuan kapur
- Dolomit CaMg(CO3) : 25–50 kg / aplikasi
- Ca(OH)2 : 100 kg/minggu
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menjaga kestabilan alkalinitas dan pH perairan
Semua perlakuan diatas melihat kondisi kualitas air tambak.
b. Pemberian Probiotik
- Pro # 14 : 80 liter/minggu
- Super PS : 20 liter/minggu
- Starbio plus : 1 kg / minggu
Perlakuan pemberian probiotik ini bertujuan untuk menjaga kestabilan ekosistim
mikroba yang ada di dasar tambak.
b. Siphon : minimal 4 jam/minggu.
Aktivitas dimulai setelah umur udang 30 hari.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
34
Tujuan dari aktivitas siphon adalah untuk mengeluarkan endapan bahan organik dan
lumpur yang ada di dasar tambak, agar tidak menimbulkan bahan-bahan beracun seperti
NH3 dan H2S.
d. Perlakuan pemberian pupuk dan bahan kimia
- Urea : 1 ppm (disesuaikan dengan kondisi kecerahan air)
- TSP : 0.5 ppm (disesuaikan dengan kondisi kecerahan air )
- Fermentasi bungkil kacang kedelai : 25 kg/minggu (saat pembentukan warna air).
Tujuan dari perlakuan pemberian pupuk adalah untuk menjaga kestabilan plakton.
Namun perlu diingat, bahwa perlakuan tersebut harus melihat kondisi perairan saat itu.
f. Fermentasi Saponin : 40 liter.
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengontrol pH yang terlalu tinggi dan untuk
membasmi predator berdarah merah seperti ikan liar.
g. H2O2 : 3 ppm / minggu (disesuaikan dengan kualitas air).
Tujuan dari aplikasi H2O2 ini adalah untuk kontrol bakteri yang ada di perairan tambak.
Karena sifat H2O2 ini adalah anti bakteri, maka setelah satu hari dari perlakuan H2O2,
perairan tambak harus diberi probiotik.
Monitoring kualitas air dilakukan secara harian dan berdasarkan data kualitas air 5 harian
dari laboratorium. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan apabila ditemukan penyimpangan nila
parameter kualitas air di luar standar SOP, antara lain :
TROUBLE CAUSATIVE FACTOR TROUBLESHOOTING
pH pagi < 7.0 1. Bahan Organik
Tinggi
- Siphon
- Ganti Air
- Pengurangan input Bahan Organik
- Aplikasi CaOH2 50 kg atau dolomit 100
kg per hari.
2. Plankton Drop - Ganti air
- Urea 0.5 – 1.0 ppm
pH Pagi > 8.0
1.Blooming
Plankton
- Ganti Air
- Parsial Droping plankton dengan H2O2 3
– 5 ppm
- Parsial Droping plankton dengan BKC 1
– 2 ppm
2. Blooming BGA - Siphon
- Ganti air
- Maksimalkan operasional kincir
- Naikkan konsentrasi N dengan Urea
0.5 – 1 ppm
- Parsial Droping dengan H2O2 3 –5
ppm
- Parsial Droping dengan BKC dengan
dosis 1 – 2 ppm
3. Respirasi Rendah - Aplikasi pro # 14 80 lt per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per
minggu
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
35
4. Pengapuran
Berlebih
- Stop Pengapuran
- Ganti air
- Aplikasi Pro# 14 80 lt per minggu
pH Siang < 8.0 1. Fotosintesa
Rendah
- Ganti air
- Pupuk urea 0.5 – 1. 0 ppm
2. Perlakuan Bahan
Kimia
- Hentikan perlakuan kimia
- Ganti air
3. Kebanyakan ganti
air
- Stop ganti air
pH Siang > 8.5 1. Fotosintesa tinggi - Ganti air
- Parsial droping plankton dengan 3 –
5 ppm H2O2, BKC 1 – 2 ppm
- Kurangi operasional kincir
2. Alkali rendah - Aplikasi pro #14 80 lt. per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu
- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
3. Pengapuran
Berlebih
- Stop Pengapuran
- Ganti air
- Aplikasi Pro# 14 80 lt per minggu
Fluktuasi pH > 0.5 Alkali Rendah - Aplikasi Pro#14 80 lt per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu
- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
- Aplikasi Dolomit 100 kg per hari
DO Pagi < 4.0 ppm
atau DO Siang < 6.0 ppm
1. Bahan Organik
tinggi
- Ganti air
- Siphon
- Mengurangi input bahan organik
2. Aerasi kurang - Tambah aerasi
3. Fotosintesa
rendah
- Ganti air
- Pupuk urea 0.5 – 1. 0 ppm
4. Up-welling - Siphon
- Ganti air
- Aplikasi dolomit/ zeolit 5 – 10 ppm
5. Perlakuan kimia - Hentikan perlakuan kimia
- Ganti air
- Tambah aerasi
6. Blooming
Zooplankton
- Ganti air
DO Siang > 12 ppm 1. Fotosintesa
Tinggi
- Ganti air
- Parsial droping plankton dengan: 3 –
5 ppm H2O2, BKC 1 – 2 ppm
2. Blooming BGA - Siphon
- Ganti air
- Aplikasi pupuk urea
Alkalinitas < 80 ppm HCO3 Rendah - Aplikasi pro #14 80 lt. per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
36
- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
- Aplikasi Dolomit 100 kg per hari
Alkalinitas > 150 ppm HCO3 Tinggi - Stop pengapuran
- Stop Pro#14
NH3 > 0.1 ppm 1. Kelebihan input N - Stop Pemberian Urea dan Sumber N
lain
- Koreksi pakan per hari
- Ganti air
- Siphon
- Molasses 3 ppm 2X per minggu
2. Fotosintesa
Rendah
- Ganti air
3. Mortalitas Udang - Siphon
- Tambah aerasi
- Keluarkan bangkai udang
4. Akumulasi Bahan
Organik tinggi
- Siphon
- Tambah aerasi
5. Adanya Plankton
merugikan
(Noctiluca sp)
- Oplos air malam hari
Transparansi < standar Kepadatan
Plankton < 103
- Urea 0.5 – 1.0 ppm per hari
- TSP 0.5 ppm per minggu
- Pupuk organik: Fermentasi saponin 50
kg per minggu atau Ferm. BKK 40 kg
per minggu
- Pro #14 80 lt per minggu
- Ganti air
Transparansi > standar 1. Kepadatan
Plankton tinggi
- Ganti air
- Stop pemupukan
- Parsial Droping plankton dengan: H2O2
3 – 5 ppm, BKC 1 – 2 ppm
2. TSS tinggi - Ganti air
- Kurangi aerator
- Aplikasi Dolomit 50 – 100 kg per hari
Temperatur < 28 o C Cuaca Dingin - Turunkan level air sampai 90-100 cm
- Tambah operasional kincir
- Aplikasi Ca(OH)2 100 kg per hari
Temperatur > 32 o C Cuaca Panas - Naikkan level air sampai 130-140 cm
- Kurangi operasional kincir
- Kurangi pengapuran
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
37
Dinoflagellata 5% &
BGA > 10 %
N : P ratio < 10 - Aplikasi urea 0,5 – 1,0 ppm/hari
- Stop TSP
- Siphon
- Ganti air
- Parsial Droping plankton dengan H2O2
3 – 5 ppm,
- Parsial droping ; BKC 1 – 2 ppm
- Aplikasi kapur Ca(OH)2 50 kg per hari
Zooplankton > 10 % Input Bahan
Organik terlalu
Tinggi
- Kurangi input bahan organik
- Siphon
Chlorophyta & Diatome > 90
%
N : P ratio > 20 - Aplikasi TSP 3 kg per minggu
- Ganti air
- Droping plankton H2O2 3-5 ppm
- Parsial droping BKC 1 – 2 ppm
TVC/TBC > standar 1. Akumulasi bahan
organik tinggi
2. Kepadatan
plankton kurang
- Siphon
- Ganti air
- Aplikasi Pro# 14: 80 lt per minggu
- Tumbuhkan phytoplankton (terutama
Chlorophyta)
Tabel. 3.7. Troubleshooting kualitas air
3.4.2. Pakan dan Manajemen Pakan
Udang termasuk jenis hewan pemakan terus-menerus (continuous feeder), filter feeder dan
pemakan segala, baik dari jenis tumbuhan maupun hewan (omnivora). Pakan udang dapat berupa
pakan alami dan pakan buatan. Manajemen pakan meliputi : Penyimpanan pakan, Metoda
pemberian pakan, pakan bulan pertama (blind feeding), pakan setelah bulan pertama dan kontrol
anco (feed net) . Manajemen pakan merupakan salah satu dari beberapa aspek keberhasilan
budidaya udang. Hal ini karena biaya pakan menempati 60 – 70% dalam perhitungan biaya produksi.
Faktor risiko
- Kualitas pakan yang tidak baik dan kandungan nutrisi yang tidak memadai menyebabkan
pertumbuhan udang tidak optimal.
- Pemberian pakan pada bulan pertama yang tidak optimal berpotensi menyebabkan
udang variasi
- Pemberian pakan yang berlebih pasca bulan pertama menyebabkan dasar tambak kotor,
kualitas air memburuk dan inefisiensi pakan (FCR tinggi)
- Pemberian pakan yang kurang pasca bulan pertama menyebabkan pertumbuhan udang
lambat (tidak optimal) dan bervariasi.
- Ketidak-akuratan cek anco menyebabkan kesalahan dalam perhitungan estimasi pakan.
- Penyimpanan pakan yang tidak baik menyebabkan kualitas pakan turun, kerusakan pakan
dan terkontaminasi patogen maupun bahan kimia.
a. Penyimpanan pakan
Syarat penyimpanan pakan meliputi :
- Tempat dalam kondisi kering, tidak lembab dan berventilasi baik.
- Aman dari gangguan binatang pengerat, unggas dan serangga.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
38
- Terlindung dari sinar matahari
- Memakai alas atau landasan (pallet)
- Penumpukan tidak melebihi 10 zak
- Tempat penyimpanan pakan tidak disatukan dengan penyimpanan bahan-bahan
lain misalnya: bahan-bahan kimia, oli, minyak dll. Hal ini untuk mencegah pakan
terkontaminasi oleh bahan tersebut.
- Memakai konsep FIFO (first in first out).
- Lama penyimpanan maksimal 10 hari.
Standar kualitas pakan harus dijaga selama penyimpanan. Standar itu terdiri dari :
NORMAL RUSAK
FISIK
· Tidak berjamur
· Tidak basah
· Tidak menggumpal
· Tidak hancur/berdebu
· Bau amis
· Kemasan utuh
FISIK
· Berjamur
· Basah
· Menggumpal
· Hancur/berdebu
· Bau apek/tengik
· Kemasan sobek
WATER STABILITY
2 – 3 Jam
WATER STABILITY
kurang dari 2 Jam atau
lebih dari 3 Jam
ATTRACTANT
Menyengat ( bau yang di
sukai)dang)
ATTRACTANT
Tidakmenyengat
Tabel. 3.8. Standar kualitas pakan buatan
b. Metoda Pemberian Pakan
- Pemilihan nomor pakan
Nomor pakan diberikan berdasarkan MBW udang
Tabel. 3.9. Kesesuaian nomor pakan dengan MBW udang putih (Litopenaeus vannamei)
No. PAKAN BENTUK PAKAN MBW (gr) MEREK
01 CRUMBLE 0.01 – 1.0 IRAWAN
01 + 02 CRUMBLE 1.0 – 2.0 IRAWAN
02 CRUMBLE 2.0 – 4.0 IRAWAN
02 + 03 CRUMBLE 4.0 – 5.0 IRAWAN
03 CRUMBLE 5.0 – 7.0 IRAWAN
03 + 04s 7.0 – 8.0 IRAWAN
04s PELLET 8.0 – 11.0 IRAWAN
04s + 04j PELLET 11.0 – 12.0 IRAWAN
04j PELLET > 12.0 IRAWAN
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
39
- Peralihan nomor pakan (oplos pakan)
Peralihan nomor pakan dapat menyebabkan konsumsi pakan turun. Untuk
mencegah hal ini dilakukan pencampuran / pengoplosan pakan. Perbandingan dan
lama pengoplosan pakan tergantung dari variasi udang. Contoh oplos pakan nomor
03 beralih ke nomor 04S dengan frekuensi pemberian pakan 4X per hari :
Tanggal
1 2 3 4
03 – 04S (%) 03 – 04S (%) 03 – 04S (%) 03 – 04S (%)
1 100 – 0 75 – 25 75 – 25 75 – 25
2 75 – 25 75 – 25 * 50 – 50 50 – 50
3 50 – 50 50 – 50 50 – 50 50 – 50
4 50 – 50 50 – 50 * 25 – 75 25 – 75
5 25 – 75 25 – 75 25 – 75 25 – 75
6 25 – 75 * 0 – 100 0 – 100 0 – 100
(* Pakan di ancho anco)
Tabel. 3.10 Contoh Pengoplosan pakan
- Frekuensi
Pakan diberikan (4 – 5) kali dalam sehari
FREKUENSI JAM PEMBERIAN PAKAN
4 X 06.30 11.00 16.00 21.00
5 X 06.30 10.30 14.30 18.30 22.30
Tabel. 3.11. Frekuensi pemberian pakan dalam 1 hari
Pada kondisi tertentu seperti udang mengambang di permukaan air karena DO
rendah, tidak dilakukan pemberian pakan, karena konsumsi udang terhadap pakan
rendah, jika diberikan akan berdampak terhadap memburuknya kualitas air tambak.
Apabila pakan per hari > 200kg/hari (udang vannamei) dan > 80 kg/hari (udang
Monodon) harus dilakukan penambahan frekuensi pemberian pakan menjadi 5X
dalam sehari.
c. Operasional kincir
Pada budidaya udang Penaeus monodon dan Litopenaeus vannamei ada perbedaan
operasional kincir. Hal ini disebabkab karena perbedaan tingkah laku dan padat tebar.
Kincir tetap dioperasikan 100 persen pada setiap jam pakan pada budidaya udang putih
(Litopenaeus vannamei). Mematikan kincir pada saat pemberian pakan menyebabkan
DO turun yang berakibat pada turunnya nafsu makan dan gangguan metabolisme.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
d. Penimbangan pakan
Pakan yang ditimbang berdasarkan jumlah pakan yang diberikan per jam pakan.
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan alat timbang dengan kapasitas 25 kg
(timbangan posyandu) atau kapasitas 15 kg (timbangan gantung). Penentuan jumlah
pakan yang diberikan berdasarkan takaran tidak diperbolehkan.
e. Feeding area
Pakan ditebar merata di atas feeding area.(lihat gamb 7). Daerah sebaran pakan pada
DOC 1 - 10 berada pada jarak 2 – 4 meter dari tepi dasar tambak, hal ini disebabkan
distribusi benur belum menyebar rata, sedangkan pada DOC > 10 berada pada 2 – 12
meter dari tepi dasar tambak. Pakan ditebar merata diseluruh feeding area, pakan
dalam bentuk crumble (nomor 1, 2 dan 3) sesaat sebelum ditebar dicampur/dibasahi
dengan air, hal ini bertujuan untuk mempercepat tenggelamnya pakan.
f. Pakan di Anco
Pemberian pakan di anco dilakukan setelah penebaran pakan selesai. Pakan ditebar
secara merata di anco, kemudian anco diturunkan perlahan-lahan sampai di dasar
tambak. Posisi anco didasar harus dalam keadaan datar/tidak miring, posisi miring
menyebabkan pakan di anco terkumpul dalam satu sisi. Jika posisi anco miring akan
berpengaruh terhadap kebenaran informasi nafsu makan udang ditambak.
g. Pemberian Pakan Bulan Pertama (Blind feeding)
Pada awal budidaya kebutuhan pakan belum dapat dihitung secara akurat. Pemberian
pakan pada 30 hari pertama berdasarkan estimasi penurunan SR, estimasi MBW dan FR,
dan kecukupan akan pakan alami (fitoplankton dan zooplankton) yang terdeteksi pada
transparansi air tambak.
h. Pemberian Pakan Pasca Bulan Pertama
Sampling MBW udang mulai DOC 30 diperlukan untuk penentuan perhitungan
kebutuhan pakan setelah bulan pertama. Pakan dihitung berdasarkan MBW dan biomas,
selain itu penentuan pakan juga berdasarkan informasi dari pakan di anco. Perhitungan
pakan berdasarkan Biomas dan MBW target pakan dibuat setiap tujuh hari kedepan,
berdasarkan estimasi SR , MBW target dan FR., MBW target didapat dari MBW sampling
ditambah dengan target ADG dalam 7 hari.
Grafik. 3.1. Grafik standar pakan per hari Litopenaeus vannamei
GRAFIK PERTUMBUHAN L. vannamei 475,000 ekor/pond
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92 99 106 113 120
DOC
MBW
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
F/D
MBW F/D
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
41
Perhitungan estimasi kenaikan pakan /hari berdasarkan
FR dengan padat tebar : 475000 ekor
Misalkan pada DOC 60 MBW : 8 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 60 : 95 %
Maka populasi /jumlah udang ditambak : 95% X 475000 = 451250 ekor
Total Biomas : (451250 X 8gr)/1000 = 3610 kg
FR pada MBW 8 gr : 2.79 %
Maka pakan per hari pada DOC 60 : 2.79% X 3610kg = 101kg
Misalnya target penambahan berat
harian (ADG) dari DOC 60 sampai DOC 67 : 0.18 gr/hari
Maka penambahan berat selama 7 hari : 0.18 gr X 7 = 1.26 gr
Target MBW pada DOC 67 : 8 gr + 1.26 gr = 9.26 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 67 : 95 %
Maka populasi /jumlah udang ditambak : 95% X 475000 = 451250 ekor
Total Biomas : (451250 X 9.26gr)/1000 = 4178kg
FR pada MBW 9,26 gr : 2.60 %
Estimasi Total pakan per hari : 2.60 % X 4178 kg = 109 kg
Kenaikan pakan selama 7 hari : 109 kg – 101kg = 8 kg
Rata-rata kenaikan pakan/hari : 8 kg / 7 = 1.14 kg
i. Kontrol anco
Anco dipakai sebagai alat untuk mengetahui kemampuan makan dan informasi
kesehatan udang berdasarkan sisa pakan, kotoran dan kenampakan udang. Anco
ditempatkan di atas dasar tambak yang rata dan bersih. Jumlah anco tergantung dari
luas tambak :
Luas tambak (Ha) Jumlah anco (unit)
0.5 3 - 4
0.6 – 0.7 4 – 5
0.8 – 1.0 5 – 6
Tabel. 3.12. Jumlah anco perluasan tambak budidaya
j. Jumlah pakan dan jam cek anco
Tinggi rendahnya konsumsi pakan udang dilihat dari sisa pakan yang didasarkan pada
waktu dan jumlah pakan di anco.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
42
Tabel. 3.13. Jumlah pakan di anco berdasarkan MBW untuk udang putih L. vannamei
Contoh perhitungan jumlah pakan di anco
dengan tebar 475,000 pls (Litopenaus vannamei)
Misalkan
pada DOC 60 MBW : 8 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 60 : 95 %
Maka populasi udang : 95 % X 475000 ekor = 451250 ekor
Total biomass : (8 gr X 451250) / 1000 = 3610 kg
FR pada MBW 8 gr : 2.79 %
Maka total
pakan per hari : 2.79 % X 3610 kg = 101 kg
Jumlah pakan/waktu
(frekuensi 4X/hari) : 101 kg / 4 = 25.25 kg
Persentase pakan di anco
pada MBW 8 gr : 0.8 %
Jumlah pakan per anco: 0.8 % X (25.25 kg X 1000) = 202 gr
k. Kontrol kemampuan udang makan
Sisa Pakan di Anco Skor Penyesuaian Pakan
Habis 0 Ditambah 5 %
< 10 % 1 Tetap
10 – 25 % 2 Dikurangi 10 %
25 – 50 % 3 Dikurangi 20 %
> 50 % 4 Dikurangi 40 %
Tabel. 3.14. Pengurangan dan penambahan pakan/hari berdasarkan sisa pakan di anco
MBW
(gr)
Pakan di Anco
% Total pakan
Cek Anco
(jam)
2 – 5 0.5 2.0
5 – 8 0.8 2.0
8 – 10 1.0 1.5
10 – 12 1.2 1.5
> 12 1.5 1.5
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
43
l. Penurunan konsumsi pakan oleh udang dipengaruhi oleh faktor-faktor :
- Kualitas air, DO rendah, kandungan amoniak tinggi dan plankton mati massal.
- Cuaca, hujan deras, mendung berkepanjangan.
- Kondisi dasar tambak, kondisi dasar tambak kotor (lumpur tebal dan menyebar).
- Temperatur, suhu rendah ( < 27 0C) dan suhu tinggi ( > 33 OC).
- Kualitas pakan, attractant kurang baik, tekstur terlalu keras dan sebagainya.
- Periode molting masal, biasanya terjadi pada bulan purnama ( full moon) dan pada
bulan mati, periode ini terjadi selama 4 – 5 hari.
- Infeksi Penyakit, virus, bakteri, protozoa, alga dan jamur.
- SR rendah, jika penurunan pakan bukan karena lima factor diatas, kemungkinan
besar populasi berkurang, segera dilakukan sampling populasi (lihat bab sampling)
untuk menentukan kebutuhan pakan yang sebenarnya.
3.4.3 Manajemen Dasar Tambak
Manajemen dasar tambak adalah suatu tahapan proses budidaya yang bertujuan untuk
membersihkan dasar tambak guna memperluas areal bersih bagi udang dan mengurangi senyawasenyawa
kimia yang bersifat racun (misalnya H2S, NH3 dan CH4) yang berasal dari limbah tambak.
Manajemen dasar tambak meliputi kegiatan tata letak kincir, aktivitas sipon dan perlakuan bakteri
pengurai. Limbah tambak sebagian besar berupa bahan organik yang mudah terdegradasi
diantaranya berasal dari :
- Akumulasi sisa pakan
- Bahan-bahan fermentasi
- Kotoran udang dan organisme mati seperti plankton, lumut, udang, kerang, siput dan lainlain
Pada budidaya udang sistem intensif, akumulasi bahan organik yang akan menjadi limbah di tambak
semakin banyak sehingga pengelolaan limbah tambak sangat diperlukan.
Bahan organik yang menjadi limbah harus dibuang melalui aktivitas sipon. Pengaturan posisi
kincir yang tepat diperlukan untuk mengumpulkan lumpur disatu tempat sehingga sipon lebih
efektif (Lihat gamb 57- 58). Jumlah kincir yang diperlukan untuk mendukung kapasitas tersebut
antara 8 -12 HP.
Faktor Resiko
Hal-hal yang timbul apabila manajemen dasar tambak kurang baik adalah : Limbah dapat
menciptakan kondisi anaerob di dasar tambak yang dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah
gas-gas beracun seperti NH3, H2S dan CH4 sehingga menyebabkan kematian massal udang.
Limbah di dasar tambak akan meningkatkan populasi bakteri pathogen yang dapat menurunkan
DO sehingga mengakibatkan kematian udang. Bakteri pathogen dapat mengakibatkan tail rot,
berlumut dan insang hitam. Hal ini menyebabkan kualitas udang turun. Limbah tambak dapat
mengganggu proses panen sehingga udang banyak tertinggal di dasar tambak dan udang berbau
lumpur (muddy smell).
a. Tata Letak Kincir
Terdapat dua tipe tata letak kincir :
- Arus melingkar (circular)
Posisi kincir letaknya persegi dari satu kincir ke kincir yang lain supaya membentuk
gerakan arus melingkar sehingga konsentrasi kotoran ada di tengah dasar tambak.
Selanjutnya kotoran dapat disipon secara efektif.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
44
- Arus kupu-kupu (Butterfly)
Posisi kincir membentuk dua lingkaran arus yang mengumpulkan lumpur pada dua
tempat. Hal ini memudahkan dalam proses pembuangan lumpur. Posisi ini sangat
tergantung pada konstruksi tambak.
b. Sipon Dasar Tambak
Sipon merupakan kegiatan membuang limbah tambak secara mekanis. Pada
budidaya udang P.monodon diperlukan sipon minimal empat jam per minggu
sedangkan pada L vannamei minimal enam jam per minggu. Sipon dimulai dari DOC
40 dan dilakukan pada siang hari saat cuaca cerah.
c. Peralatan Sipon
Alat Sipon terdiri dari 2 jenis
- Alat sipon yang menggunakan sistem grafitasi dengan menggunakan pipa dan selang
sipon.
- Alat sipon yang menggunakan mesin sipon.
d. Prosedur Kerja
- Pada P. monodon, matikan semua kincir sedangkan pada L vannamei kincir di area
feeding tetap dioperasikan.
- Cek dasar tambak untuk mengetahui posisi, ketebalan serta sebaran lumpur di dasar
tambak.
- Buat peta sebaran lumpur untuk menentukan prioritas sipon.
- Pasang peralatan siphon
- Lakukan sipon dengan menggunakan pompa sipon atau dengan cara gravitasi.
- Buang lumpur ke luar tambak melalui pipa sub outlet
- Kembalikan ketinggian air ke posisi semula sebagai pengganti air yang hilang pada
saat sipon.
- Aplikasi kapur untuk mempercepat pengendapan partikel yang melayang dalam
kolom air.
e. Perlakuan Bakteri Pengurai
Untuk membantu proses dekomposisi yang terjadi di dasar tambak, diberikan bakteri
pengurai yaitu probiotik Pro#14, bakteri super PSB dan bakteri starbio plus/super.
- Probiotik Pro#14
Alat dan Bahan : Blong/ember dan Pro#14
Petunjuk Pelaksanaan :
· Siapkan probiotik dalam blong 40 liter
· Tebar secara merata dari atas sampan ke seluruh permukaan tambak.
· Lakukan 2X per minggu dengan dosis 40 liter per aplikasi dari DOC 1 s/d 90.
· Aplikasi dilakukan pada pagi hari.
Dosis yang diberikan 80 liter per minggu dengan konsentrasi bakteri minimal
mencapai > 108 CFU/ml. Perlakuan ini dilaksanakan pada pagi hari.
- Super PS
Alat dan Bahan : Blong/ember, selang dan Super PS
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
45
Petunjuk Pelaksanaan :
· Siapkan Super PS dalam blong.
· Tebar secara merata dengan menggunakan selang ke dasar tambak
· Lakukan sekali seminggu dengan dosis 20 liter.
· Aplikasi dilakukan dari DOC 30 s/d panen pada pagi hari.
· Matikan kincir pada saat aplikasi.
· Konsentrasi bakteri minimal 108 CFU/ml.
3.4.4 Manajemen Sampling
Sampling merupakan aktivitas rutin yang dilakukan mingguan untuk mengetahui MBW,
pertumbuhan (ADG), mengestimasi populasi, SR dan biomasa serta mengamati kualitas udang
selama budidaya.
Faktor Risiko :
Aktivitas sampling jika tidak dilakukan akan mengakibatkan kesulitan dalam manajemen pakan,
monitoring kesehatan dan kualitas udang serta penentuan proyeksi panen.
Sampling untuk kontrol pertumbuhan dan kualitas udang dilakukan seminggu sekali antara
jam 07.00 sampai jam 09.00 dengan cara dijala.
a. Sampling Pertumbuhan Udang
Alat dan Bahan sampling
- Jala sampling.
- Ember penampung udang.
- Timbangan kapasitas satu kg dengan skala terkecil 20 gram,
- Timbangan kapasitas lima kg dengan skala terkecil 100 gram.
- Kantong strimin .
- Kalkulator dan alat tulis.
- Larutan desinfektan.
Petunjuk Pelaksanaan
- Siapkan alat-alat sampling
- Cuci jala dengan larutan desinfektan.
- Ambil air tambak untuk penampungan udang.
- Lakukan penjalaan hingga mendapatkan udang sebanyak minimal 100 ekor. (Bila
untuk memenuhi jumlah tersebut penjalaan
- harus dilakukan lebih dari satu kali, maka lakukan penjalaan di tempat yang
berbeda).
- Lepas udang dari jala masukkan ke ember penampung
- Masukkan udang ke kantong strimin
- Timbang udang bersama kantong
- Hitung jumlah udang sambil amati kondisi abnormaliti udang (terutama tail rot,
white spot, molting) kemudian kembalikan udang ke tambak. Catat kondisi abnormal
yang paling menonjol.
- Timbang kantong strimin
- Hitung MBW udang dengan rumus :
MBW(gr/ekor) = {(Total berat udang + strimin)- Berat strimin}/Jumlah udang
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
46
- Hitung ADG dengan rumus :
- Hitung estimasi biomasa dengan rumus :
Keterangan :
§ FR% dapat dilihat pada tabel program pakan berdasarkan MBW hasil
sampling.
§ Pakan per hari didapat dari data satu hari sebelumnya
§ Asumsi semua dalam kondisi normal
Dalam kondisi abnormal, maka estimasi SR (berdasarkan hitungan tersebut di atas)
diperbandingkan dengan grafik SR empiris. Jika menggunakan SR empiris, maka
biomasa juga bisa dihitung dari pendekatan sebagai berikut :
- Hitung estimasi populasi udang dengan rumus :
- Hitung SR (Survival Rate) dengan rumus :
- Catat hasil sampling : MBW, ADG, dan hasil estimasi Biomass, Populasi dan SR dalam
form sampling report.
b. Sampling Kualitas Udang
Pengamatan kualitas udang yang baik dapat membantu mengetahui adanya gejala awal
suatu penyakit atau penurunan kondisi kesehatan udang. Sampling kualitas udang P
monodon dan L. vannamei dilakukan setiap sepuluh hari sekali jam 07.00-09.00 mulai
DOC 75 sampai seminggu sebelum panen. Parameter kualitas udang L. Vannamei yang
diamati sebagai berikut :
- Warna
- Black Mark
- Bruise
- Super Soft Shell
3.4.5 Monitoring Kesehatan Udang
Monitoring kesehatan udang merupakan cara untuk mengamati beberapa perubahan yang
terjadi pada udang dibandingkan dengan kondisi normalnya. Perubahan ini sering disebut dengan
tanda-tanda umum penyakit udang. Ciri–ciri udang sehat adalah :
- Pergerakan udang aktif
ADG = {(MBWt2 – MBWt1)}/(t2-t1)
t : DOC pada saat sampling
Biomass (kg) = (Jumlah pakan per hari)/FR (%)
Biomass (kg) = {(Jumlah tebar x SR x MBW)}/1000
Populasi (ekor) = (Biomass/MBW) x 1000
SR (%) = (Populasi / Jumlah Tebar) x 1000
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
47
- Anggota tubuh lengkap
- Warna kulit cerah dan bersih
- Insang berwarna kemerahan dan cerah
- Usus penuh dan tidak terputus-putus
- Ekor udang utuh
- Kotoran udang panjang-panjang
Faktor Risiko
Apabila tidak dilakukan monitoring terhadap parameter kesehatan udang maka dikhawatirkan
penyakit udang akan cepat merebak dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Monitoring kesehatan udang dilakukan secara visual dan mikroskopik.
a. Pengamatan Secara Visual
Dilakukan setiap saat oleh petambak atau teknisi budidaya yang meliputi :
- Keaktifan Udang
§ Amati tingkah laku udang (Behaviour) pada pagi hari dari atas tanggul
tambak.
§ Pada kondisi normal udang P. monodon hidup didasar tambak, untuk udang
L. vannamei hidup di dalam kolom air.
§ Apabila ditemukan udang konvoi, menempel di dinding tambak, berenang
tanpa arah atau ada gejala-gejala lain di luar kondisi normalnya, besar
kemungkinan udang bermasalah.
§ Lakukan pengamatan pada malam hari sebelum pemberian pakan malam
dengan bantuan lampu senter (lampu sorot).
§ Amati udang pada tepian tambak . Udang sakit akan naik dan berenang
dekat permukaan air pada pinggiran tambak. Udang yang sehat bila terkena
lampu senter akan segera menjahi sumber cahaya dan matanya akan
memantulkan sinar merah. Udang yang sakit memerlukan waktu lebih lama
untuk menghindar dari sumber cahaya dan matanya memantulkan cahaya
yang redup.
- Kelengkapan Anggota tubuh
Amati kelengkapan anggota tubuh udang melalui pemeriksaan udang di anco atau
jala antara lain antena, rostrum, kaki dan ekor.
- Pengamatan warna kulit
Amati warna kulit udang, udang yang sehat mempunyai kulit yang berwarna cerah
dan bersih.
- Pengamatan kondisi insang
Amati warna insang udang. Udang yang sehat mempunyai insang yang berwarna
kemerahan dan cerah.
- Pengamatan usus udang
Pegang udang dan diterawang kemudian amati kondisi usus udang 1 – 2 jam
setelah pemberian pakan. Udang yang sehat, ususnya terlihat penuh dan berwarna
kecokelatan.
- Pengamatan ekor udang
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
48
Amati kondisi ekor udang. Udang yang sehat jika dipegang mudah membuka dan
mengibaskan ekornya.
- Pengamatan kotoran udang
Amati kotoran udang di anco. Udang yang sehat akan mengeluarkan kotoran
berwarna kecoklatan, padat dan panjang-panjang.
b. Pengamatan secara Mikroskopik
Dilakukan oleh staf laboratorium secara rutin atau berdasarkan kondisi khusus udang di
tambak.
3.5 Panen
Panen merupakan tahap akhir dari rangkaian proses budidaya udang di tambak yaitu
pengambilan udang dari tambak yang dijaga kesegarannya untuk kemudian dikirimkan ke Cold
Storage. Persiapan panen dimulai dari penentuan kriteria tambak panen, yang dibedakan menjadi
panen normal, panen abnormal dan panen emergency.
a. Panen Normal
Jika DOC ≥ 105 atau MBW di atas 20 gram untuk Penaeus monodon dan 17 gram untuk
Litopenaeus vannamei.
b. Panen Abnormal
Panen dianggap abnormal jika :
- Mortalitas : terjadi kematian di atas 1000 ekor/hari selama 3 hari berturut-turut
atau 3000 ekor dalam sehari.
- SR rendah : SR udang < 30 % untuk Penaeus monodon dan < 50 % untuk
Litopenaeus vannamei.
- Pertumbuhan lambat : MBW < 15 untuk Penaues monodon dan MBW < 13gram
untuk Litopenaeus vannamei pada DOC ≥ 105
- Pakan turun : Pakan per hari turun > 50% selama 3 hari berturut-turut.
- Infeksi MBV
c. Panen Emergency
Panen dianggap emergency jika :
- Udang terinfeksi WSSV, TSV, Vibrio dan IMNV
- Jika terjadi kematian massal diatas 1000 ekor/hari
- Force Majeur, misalnya: tanggul longsor, listrik padam.
- Plankton drop atau drop DO.
- Mati kincir.
Faktor Risiko
Jika penentuan kriteria panen tidak tepat, akan terjadi kesalahan dalam penanganan panen yang
berakibat turunnya kualitas udang, berkurangnya biomass, sehingga menyebabkan penurunan
keuntungan. Untuk menjaga agar proses panen dapat berjalan cepat, semua prasarana untuk
keperluan panen seperti jembatan sub outlet, jembatan panen dan sub road harus dalam kondisi
baik. Panen yang berjalan lambat akan mengakibatkan kualitas udang menurun.
Secara umum aktivitas yang dilakukan pada persiapan panen normal meliputi penyiapan
data tambak panen dan penyiapan tambak yang akan panen.
1. Penyiapan Data Tambak Panen
Urutan kegiatan penyiapan data tambak panen adalah sebagai berikut :
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
49
a. Pertemuan Dengan Petambak
Lakukan pertemuan dengan petambak 3 minggu sebelum panen atau pada DOC 85.
Kemudian susun jadual panen dalam satu modul yang akan dilaksanakan pada DOC
105–125 hari. Penentuan urutan panen ditentukan oleh pihak teknisi dengan
memperhatikan aspek rugi laba dan kondisi udang.
b. Pertemuan Dengan FSD-Harvesting dan Cold Storage
Lakukan pertemuan di ruang Aquaculture untuk membahas rencana panen normal
3 minggu ke depan (tentatif), 2 minggu ke depan (confirm), dan 1 minggu ke depan
(reconfirm). Siapkan data panen dengan status tentatif dan confirm, meliputi :
alamat tambak, DOC udang dan tanggal panen. Sedangkan untuk data panen dengan
status reconfirm, meliputi : alamat tambak, tanggal panen, DOC udang, estimasi
biomasa, MBW, species, pakan per hari, tipe panen, konstruksi tambak, jumlah
kincir operasi dan warna udang.
c. Pengiriman Data Panen
Kirim data tambak panen harian dengan status reconfirm dua hari setelah
pertemuan dengan FSD-Harvesting dan CSD.
d. Konfirmasi Panen
Lakukan konfirmasi alamat tambak panen selama tiga hari berturut-turut kepada
FSD-Harvesting sebelum hari pelaksanaan panen. Alamat tambak yang diberikan
dapat berubah sesuai situasi di lapangan.
e. Pengiriman Data Panen Emergency
Buat permintaan panen emergency secara lisan secepatnya bila ditemukan tambak
bermasalah (kriteria panen emergency ), kemudian segera kirimkan permintaan
secara tertulis.
2. Persiapan Tambak Panen
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat persiapan tambak yang akan dipanen adalah :
a. Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Panen
- Jembatan Sub Outlet , buat Bukti Permintaan Pekerjaan (BPP) pengiriman
kayu ke Pond Maintenance (PM) untuk perbaikan jembatan Sub-outlet yang
rusak pada DOC 90. Perbaikan dilakukan oleh petambak .
- Jembatan Panen, buat Bukti Permintaan Pekerjaan (BPP) perbaikan
jembatan panen yang rusak pada DOC 90. Perbaikan dilakukan oleh PM.
- Sub Road, pantau kelayakan sub-road untuk kelancaran transportasi panen.
- Air di Kanal Suplai, pastikan kanal suplai terisi air penuh untuk digunakan
mencuci udang sewaktu panen.
b. Pemeriksaan Sisa Pakan di Gudang Petambak
Lakukan pemeriksaan sisa pakan di gudang petambak 1 hari sebelum panen. Buat
Bukti Retur yang ditandatangani oleh petambak dan teknisi.
c. Pemeriksaan Kondisi Udang
Lakukan pemeriksaan kondisi udang satu hari sebelum panen untuk memastikan
bahwa udang tidak molting. Lakukan penundaan panen jika ditemukan udang
molting lebih dari 5%.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
50
d. Pengawasan Panen
Proses panen di tambak dilakukan oleh tim panen di bawah pengawasan petugas
FSD-Harvesting. Team Aquaculture berwenang untuk menentukan apakah tambak
panen tersebut sudah dapat dianggap selesai atau belum.
§ Lakukan pengawasan panen untuk menentukan proses panen selesai.
§ Tandatangani Bukti Pelaksanaan Panen setelah panen selesai.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
51
BAB IV. PENYAKIT DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit adalah Kondisi terjadinya abnormalitas dari struktur, fungsi, tingkah laku maupun
abnormalitas metabolisme dari individu, yang disebabkan oleh hal-hal yang diketahui maupun yang
tidak diketahui.
4.1 Faktor Penyebab Munculnya Penyakit
- Faktor Epidemiologi
- Faktor Lingkungan :
· Kualitas air dan perubahannya (fisika, kimia)
· Dinamika Plankton ( + toxic agent)
· Pakan (sisa pakan, kualitas pakan, umur, racun)
· Kondisi dasar tambak (sedimen)
· Densitas
· Bahan racun
· Manajemen
- Kondisi Udang
· Jenis
· Umur /stage
· Berat (MBW)
· Biomass
· Tingkah laku
· Kesehatan (immune status)
· Genetik
· Moulting
- Virulen Pathogen
· Bakteri
· Virus
· Jamur
· Protozoa
4.2 Kenampakan udang sakit
4.2.1 Kenampakan inividu (eksternal)
a. Gerakan dan Tingkah Laku
§ Melayang di permukaan/ngambang (Floating)
§ Pasif di pinggir tambak
§ Konvoi
§ Loncat-loncat (Jumping)
§ Udang tidak ada keseimbangan .
§ Ekor tidak mengembang.
§ Malam hari matanya tidak kelihatan merah, cerah bila terkena sinar.
b. Kenampakan Fisik
§ Bentuk morfologi (tidak proporsional, variasi /swollen, dsb)
§ Deformitas dan kelengkapan anggota tubuh
§ Warna dan kondisi kutikula (soft cell, tail root, white
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
52
§ spot dsb) atau akibat Melanization (TSV, Fusariosis,
§ Myobacteriosis, Defisiensi Vit C )
§ Warna otot / daging (Brown Muscle, Black Splinter)
§ Warna Insang tidak putih / bening (Brown Gills, Tea Brown Gills)
§ Permukaan tubuh kasar.
§ Ditumbuhi tritip
c. Pertumbuhan dan Nafsu Makan
§ Pertumbuhan lambat.
§ Nafsu makan menurun
§ Usus kosong dan jenis makanan di usus serta abnormalitas feces/kotoran
§ Pencernaan merah,bintik kuning atau hitam.
§ Hepatopancreas putih / bengkak berair.
§ Hepatopancreas bengkak.
4.2.2 Stress & Stressor
Hasil dari suatu tekanan/perubahan dalam fisik, kimia, nutrisi mengakibatkan
abnormalitas.
4.2.3 Kenampakan dan Diagnosa Populasi
Deskripsi Analisis Analisis
- Pertumbuhan cepat SR tinggi.
- Pertumbuhan cepat, SR rendah, tidak
ada mortalitas
- Pertumbuhan cepat, dijumpai
mortalitas secara cepat/drastis
- Pertumbuhan lambat SR tinggi
- Pertumbuhan lambat SR rendah, tidak
ada mortalitas
- Pertumbuhan lambat, kronis mortality
- Populasi normal
- Populasi berkurang saat stocking.
- Keracunan / virus
- Kualitas pakan rendah - under feeding
– over stocking
- Udang kehilangan / terlambat tumbuh.
- Low potency toxin, deficiency nutrient,
low, virulent pathogen
Tabel. 4.1. Kenampakan dan diagnosa populasi
4.4. Klasifikasi Penyakit
4.4.1. Penyakit yang Menyebabkan Infeksi (Infection Desease)
a. Penyakit Akibat Virus
a). Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
§ Penyebab
Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) adalah
virus yang biasa dijumpai pada udang budidaya maupun udang liar di alam.
Udang dapat terinfeksi virus ini pada saat stadium larva hingga dewasa.
§ Gejala klinis
Jika udang terinveksi IHHNV pada stadium larva, terdapat tanda yang sering
muncul, berupa cacat pada bagian kutikula.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
53
§ Penularan
Udang akan terinfeksi IHHNV jika mereka memangsa udang yang terkena
virus dan secara potensial, juga dapat tertular melalui kontaminasi air
tambak.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
Selama ini belum ada treatment khusus untuk menangani virus ini. Kontrol
terbaik adalah pencegahan dengan memilih benur yang bebas IHHNV atau
specific Pathogen Free (SPF). Selain itu menjaga kualitas air tambak selama
budidaya merupakan faktor penting dalam pencegaha terhadap virus ini.
b). Runt-Deformity Syndrome (RDS)
§ Penyebab
RDS diduga disebabkan oleh IHHNV. Runt Deformity Syndrome (RDS) dapat
terjadi selama fase pendederan dan pertumbuhan pada L. vannamei.
§ Gejala Klinis
Hasil panen di beberapa tempat menunjukkan bahwa udang yang terkena
RDS memiliki Coefficien Varian (CV) antara 30% hingga 60%, cacat pada
bagian kutikula atau pigmentasi yang tidak sempurna pada sebagian udang
berukuran kecil atau udang muda. Lebih jelas lagi pada kasus ini survival rate
(SR) udang hasil panen sangat rendah.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
Tidak ada penanganan khusus dalam kasus ini kecuali pemilihan benur yang
berkualitas dan bebas virus (SPF).
c). Taura Syndrome Virus (TSV)
§ Penyebab
Nama virus ini berasal dari nama sungai (Sungai Taura) di Ecuador, dimana
penyakit udang ini diketemukan secara meluas di sana. TSV merupakan
bahaya terbesar dalam usaha budidaya udang putih (L. vanname)i di
Amerika Serikat dan Amerika bagian Selatan.
§ Gejala Klinis
- Menginfeksi juvenil 0.15 – 5 g atau udang DOC 1 – 45
- Udang yang terinveksi akan lemah dan mengalami disorientasi, sel
kutikulanya lemah.
- Biasanya terdapat bercak hitam pada bagian tubuh yang mengalami
melanisasi dan udang akan mengalami kematian.
- Seluruh permukaan tubuh berwarna kemerahan terutama bagian
kipas ekor
- Saluran pencernaan kosong
- Kulit udang menjadi lembek dan mati saat terjadi molting
§ Penularan
- air
- kontak langsung
- beberapa jenis Crustacea carrier.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
54
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Memilih benur kategori SPF (Spesific Pathogen Free) atau SPR
(Spesific Pathogen Resistant).
- Pengelolaan kualitas lingkungan yang bagus (out break
- TSV selalu dipicu oleh menurunnya kualitas lingkungan kolam)
- Persiapan kolam yang memadai
- Persiapan air (penyediaan pakan alami)
- Manajemen air dan pakan selama budidaya
d). Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus (SEMBV), WSSV
Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus merupakan virus nonoccluded
yang mengandung strain DNA. Virus ini menyerang tipe sel ektodermal
dan mesodermal termasuk epitelium kutikular dari setiap bagian tubuh udang,
hubungan antar jaringan pada beberapa organ, jaringan nervous, otot, lympa
dan jaringan hematopoitik.
§ Gejala Klinis
- Lemah, berenang tak menentu.
- Sebelum mati biasanya minggir, masuk anco atau ke saluran
pembuangan
- Daging berwarna kemerahan atau merah muda.
- Lembek (bukan molting)
- Konsumsi pakan tiba-tiba drop tanpa sebab yang jelas.
- White spot tidak selalu tampak.
- Warna hepatopankreas putih pucat
- Terdapat warna pink hingga kemerah-merahan pada bagian
kutikula.
§ Penularan
- Benur
- NP
- Kontruksi modul
- Air
- Burung
- Udang liar/kepiting
- Manusia dengan aktivitasnya
§ Alternatif Pencegahan dan Penanggulangan
- Filterisasi (penyaringan) air secara mekanis dengan multiple
screening
- Sterilisasi air sebelum tebar dengan double sterilization
- Penerapan biosecurity dan hygene sanitation lebih ketat
- Pemasangan bird scaring device dan crab protection device
- Mengisolasi tambak yang terinfeki Sembv sedini mungkin
- Menurunkan muka air seluruh outlet canal ( SO dan MO )
- Pengaturan jadwal tebar berdasarkan musim puncak (rawan) Sembv
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
55
§ Titik Kendali Kritis Untuk SEMBV
- Post Larva yang baik dengan menggunakan stres test salinitas 24
jam untuk uji PCR
- Dasar tambak yang bersih, pada saat persiapan pengeringan harus
sempurna dan pemberian oksigen di semua area tambak merata
sampai ke dasar.
- Air harus bersih/steril dengan melakukan penyaringan dengan
saringan 250 micron dan diamkan air selama 3-4 hari sebelum
dipakai
- Minimasi kontaminasi silang (saat terjadi wabah SEMBV),
kumpulkan udang mati, udang sakit yang mengambang
- Segera diangkat untuk mencegah masuknya burung, cegah
masuknya aktivitas manusia ke dalam tambak dan menyebarkannya.
e). Yellow Head Virus (YHV)
§ Penyebab
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa Yellow Head Virus (YHV) dapat
menginfeksi dan menyebabkan kematian pada beberapa jenis udang
penaeid termasuk L. vannamei
§ Gejala Klinis
- Peningkatan nafsu makan udang, lalu diikuti dengan hilangnya nafsu
makan dan mati.
- Ekor udang tampak kemerah-merahan dan kepala berwarna kuning
menyala serta insang berwarna pucat atau coklat.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
Tidak ada penanganan khusus dalam kasus ini kecuali pemilihan benur yang
berkualitas dan bebas virus (SPF).
b. Penyakit Akibat Bakteri
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri :
- Erosi kutikula, insang, alat-alat gerak (Bacterial Necrosis and Shell diseases)
- Luka-luka / kerusakan .
- Septicemia (toxin) pada darah
a). Luminescent bacteria (kunang-kunang)
§ Penyebab
- Vibrio splendicus, Vibrio harveyi dan Vibrio albensi.
- Berwarna hijau menyala. Species yang diserang
P.monodon,P.merguensis, P.indicus dan L. vannamei.
- Fase yang diserang dari telur ® larva ® post larva.
§ Gejala
- Larva menjadi lemah dan berwarna putih kusam.
- Larva yang terinfeksi berat menunjukan “menyala kehijauan” secara
kontiyu ® jika jumlah sel bakteri 106.
- Bila diamati secara microscopis jaringan internalnya dipenuhi oleh
yang bergerak cepat.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
56
- Pengaruh pada Inang. Infeksi sistematik bisa menyerang 100 % dari
larva akan mati.
§ Alternatif pencegahan dan Penanganan
- Dengan iradiasi ultraviolet.
- Klorinasi.
- Menggunakan sanitasi yang tetap terutama pada fase pertumbuhan
larva.
- Menggunakan air yang telah diklorinasi sebelumnya.
- Melakukan sipon pada dasar tank di hatchery untuk menghilangkan
substart pertumbuhan bakteri.
- Melakukan disinfektan pada peralatan.
- Pergantian air sebanyak mungkin (setiap hari 80 – 90 %)
b). Vibriosis
§ Penyebab
- Bakteri jenis Vibrio spp.
§ Gejala
- Udang lemah, abnormalitas struktur / tingkah laku
- Terdapat bercak kemerahan yang disebabkan abnormmalitas
pigmen karoten /ekspansi kromatophora (discoloration).
- Erosi kutikula
- Necrosis
- Warna coklat /bintik hitam pada carapac atau bintik putih pada
bawah carapace
- Nafsu makan turun dan ahirnya mati
- Kematian sampai 5% selama 2 – 3 hari menjadi 80 %.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Menjaga kualitas air tetap baik.
- Pertukaran air yang seimbang.
- Menggunakan / mencukupi nutrisi yang baik.
c). Bakteri Pengurai Cangkang (Black Spot, Black Splinter, Tail Root, Nekrosis)
§ Penyebab
- Chitinonerus bacteria : Vibrio, Aeromonas, Pseudomonas
(Opportunist patogen)
§ Gejala
- Kenampakan visual warna karapas kecoklatan
- Necrosis
- Terdapat luka-luka atau fouling organisme dan kerusakan
appendage
- Udang yang terinfeksi berat akan mati, udang akan terhambat dalam
pergerakan normal dan sulit molting
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Menjaga kualitas air tetap baik
- Menjaga bahan organik tetap rendah
- Memberi pakan yang cukup
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
57
- Hindari gangguan terhadap udang
c. Penyakit Akibat Jamur
a). Larva Mycosis Gregarine Diseases
§ Gregarine, yang dijumpai pada saluran pencernaan pada penaidea , sebagai
perantara mollusca.
§ Penyebab
- Legedium callinectes,Haliphtarus philiphinensis Serolpidium.
- Menghasilkan zoospore yang aktif menempel pada insang.
- Fase yang diserang mulai dari telur ®larva ® post larva awal (Pl 15 ).
§ Gejala
- Telur sampai dengan larva tampak keputihan , mejadi lemah dan
bias mati, gejala ini hanya terlihat jelas pada udang besar, bila
penyakit sudah menyebar.
- Pengaruh pada Inang : kematian missal 100 % terjadi hanya 2 hari,
bila jamur masuk keja ringan dan meluas pada bagian luar udang
dan membentuk discharge tube.
- Telur tidak bisa menetas, larva akan sulit bernafas.
- Kehilangan keseimbangan.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Menurunkan padat penebaran.
- Membersihkan dasar tambak.
- Meningkatkan sirkulasi air.
- Melakukan disinfeksi pada semua yang terlibat pada pembenuran.
d. Penyakit Akibat Protozoa
a). Protozoan Invasion
§ Penyebab : Vorticella, Epistylis, Zoothamnium, Acineta dan Ephelata
§ Gejala
- Terdapat lapisan berbulu halus pada kulit dan insang pada juvenile
dan dewasa, yang terinfeksi berat insang jadi merah sampai
kecoklatan.
- Secara microscopis dapat diamati dan terlihat pada sisi luar tubuh
udang.
- Udang kesulitan bergerak dan bernafas, jika dalam jumlah yang
besar pada anggota badan dan insan ini sangat berbahaya pada
tingkat DO rendah.
- Udang akan kehilangan nafsu makan.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Kualitas air tetap terjaga dengan baik.
- Hindari bahan organic yang tinggi, endapan lumpur, memasukan air
dalam keadaan keruh.
- Hindari tingkat DO rendah.
- Pada dewasa diberi formalin 50 – 100 ppm selama 30 menit.
- Gangguan epistylis pada juvenile diberi formalin 30 ppm.
- Melakukan pergantian air disetiap hari.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
58
b). Microsporadiosis White Ovaries.
§ Penyebab : Microsporadiosis termasuk golongan protozoan intoparasit
§ Gejala
- Jaringan yang diserang akan menjadi putih kusam.
- Fase spora atau fase lainya pada parasit akan medesak jaringan yang
terserang.
- Parasit ini sangat patogen
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan
- Melakukan desinfeksi pada semua proses budidaya (CaOC12 +
Iodine NaOC1 ).
- Membakar udang yang terinfeksi
c). Gregarine Diseases
§ Penyebab : Gregarine, yang dijumpai pada saluran pencernaan pada
penaidea , sebagai perantara mollusca.
§ Gejala : bisa dideteksi secara microscopis. Mempengaruhi proses
penyerapan zat-zat makanan pada saluran pencernaan ® hepatopancreas.
§ Alternatif Pencegahan dan Penanganan : mengurangi jumlah mollusca.
4.4.2 Penyakit non infeksi (Non infection Desease)
- Nutritional Deficiency Diseases : Ex. Vit. C, E, Calsium, Potassium, Silicate dsb
- Vit. C Deficiency (Black Death Diseases) :
§ Kekurangan ascorbic acid
§ Anorexia, melanisasi kutikula
§ kurang kekebalan tubuh / system imun
- Cramped Muscle Syndrome (Cramp tail/body)
§ Kekurangan atau ketidakseimbangan Ca dan K (K relatif lebih rendah )
§ Otot udang kaku dan bengkok
§ Sering terjadi pada suhu tinggi
- Pale Coloration / Blue Diseases :
§ Kekurangan Vit. A , Asthaxanthin
§ Kehilangan warna coklat / abu menjadi biru
§ Peningkatan pigmen biru, udang lemah.
- Penyakit Keracunan :
§ Gas Buble Diseases
§ Hemocytic Enteristis
§ Syndromes Associated w/ Acid Culture system*
§ Cronic Soft Shell Syndrome *
§ Black gill diseases *
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
59
BAB V. BIOSECURITY DAN TRACEABILITY
Biosecurity pada budidaya udang adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
menangkal masuknya penyakit ke dalam fasilitas budidaya mulai dari tempat pemeliharaan induk,
pembenuran sampai pembesaran serta mencegah penyebaran penyakit dari tambak yang sudah
terinfeksi (Horowith & Horowith, 2003; Lightner 2003).
Tujuan :
1. Mencegah masuknya bibit penyakit dari luar melalui air, hewan air (crustacea kecil) dan
darat (kambing, unggas), orang, dan peralatan.
2. Mencegah penyebaran penyakit yang ditemukan dari satu tambak ke tambak yang lain di
dalam lokasi perusahaan.
3. Mencegah penyebaran penyakit yang ditemukan di tambak perusahaan ke lingkungan
perairan sekitar.
4. Mencegah menularnya penyakit dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Faktor resiko :
Kegagalan pelaksanaan program biosecurity berisiko terhadap penyebaran penyakit di dalam
perusahaan maupun di lingkungan perairan yang akibat lanjutannya adalah gagal panen dan
penurunan produksi serta terjadinya wabah penyakit di kawasan sekitar.
5.1. Biosecurity Tahap Persiapan
5.1.1. Pemasangan Bird Scaring Device (BSD)
BSD adalah alat untuk menghalau burung yang terbuat dari benang plastik dan diikatkan
pada kayu atau bambu.
Lokasi/Tempat : Tambak Treatment dan Budidaya
- Cara :
§ BSD untuk Tambak Treatment jumlah barisnya tergantung ukuran tambak
dengan jarak antar baris maksimal 2 m dan tinggi tiang tali 2 m. Posisi
benang terpasang melintang terhadap arah angin.
§ BSD untuk Tambak Budidaya berjumlah 30 baris dan tinggi tiang tali 2 m.
Posisi benang terpasang melintang terhadap arah angin.
- Waktu :
§ BSD Tambak Treatment dipasang sebelum isi air.
§ BSD Tambak Budidaya dipasang saat persiapan air.
- Pelaksana :
§ Treatment Pond Operator (TPO) untuk pemasangan BSD di Tambak
Treatment.
§ Petambak untuk pemasangan BSD di Tambak Budidaya.
5.1.2. Pemasangan Crab Protection Device (CPD)
CPD adalah alat untuk mencegah masuknya kepiting ke dalam area tambak yang terbuat
dari lembaran plastik.
- Lokasi/Tempat : Tambak Treatment dan Tambak Budidaya (tambak dengan
konstruksi tanah).
- Cara : CPD terpasang mengelilingi tambak dengan ditopang oleh kayu/bambu.
Tinggi pagar plastik ini 30 cm dan dibenamkan ke tanah sedalam 20 cm.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
60
- Waktu :
§ CPD Tambak Treatment dipasang sebelum isi air.
§ CPD Tambak Budidaya dipasang saat persiapan air.
5.1.3. Kebersihan
Kegiatan kebersihan dilakukan untuk menyingkirkan bahan-bahan dan benda asing yang
tidak diperlukan yang dapat menjadi sumber penyakit.
- Lokasi/Tempat :
§ Supply canal
§ Clean water canal
§ Sub outlet canal
§ Sub inlet canal
§ Lingkungan tambak
§ Lingkungan rumah
- Cara :
§ Bersih dari kerang, teritip, ikan dan tumbuhan air.
§ Bersih dari sampah plastik dan organik rumah tangga.
- Waktu :
§ Sebelum isi air untuk supply canal dan sub inlet canal.
§ Rutin secara berkala untuk clean water canal dan sub outlet canal.
5.1.4. Pemasangan Saringan Air
Saringan air dipasang untuk untuk mencegah masuknya pembawa penyakit, predator,
dan binatang pengganggu lainnya ke dalam sistem budidaya.
- Lokasi/Tempat : Tambak Treatment dan Tambak Budidaya
- Cara :
§ Pada pipa pengeluaran MI dan flush out Quarantine Pond dipasang saringan
mesh size 300 mikron yang dirangkap dengan waring mesh size 4 mm.
§ Papa pipa inlet tambak (2 buah) dipasang saringan 300 mikron.
§ Pembersihan saringan dari ikan, udang dan kotoran lain yang tersangkut
untuk menjaga agar saringan tidak rusak.
§ Ikan, udang, dan kotoran yang tersangkut tadi kemudian dibakar dan atau
dikubur.
- Waktu :
§ Pemasangan saringan dilakukan sebelum isi air.
§ Pembersihan dilakukan selama isi air.
5.1.5. Disinfeksi Dasar
Disinfeksi dasar tambak adalah kegiatan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
patogen yang ada di dalam sistem budidaya yang berasal dari siklus sebelumnya hingga
ke tingkat yang tidak berbahaya.
- Lokasi/Tempat : Tambak Treatment dan Tambak Budidaya (hanya tambak yang
panen karena terinfeksi virus WSSV, TSV dll).
- Cara :
§ Dasar Tambak Treatment dan Tambak budidaya diberi perlakuan Disinfektan
klorin 100 ppm aktif.
§ Rendam dasar tambak selama 3 hari dengan ketinggian air tambak 30 cm.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
61
- Waktu : pasca panen atau kuras.
5.1.6. Disinfeksi Air
Disinfeksi air tambak adalah kegiatan untuk membunuh pembawa penyakit (ikan dan
crustacea kecil) yang hidup liar di dalam air yang digunakan untuk budidaya.
- Lokasi/Tempat : Tambak Treatment dan Tambak Budidaya.
- Cara :
§ Tambak Treatment dan Tambak Budidaya yang telah terisi air penuh diberi
perlakuan disinfektan.
§ Kincir operasi 100% selama kegiatan disinfeksi berjalan.
§ Disinfeksi dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 3 hari.
§ Sampel air tambak dibawa ke laboratorium untuk uji bioassay guna
memastikan residu disinfektan telah hilang.
§ Aplikasi Tea Seed Meal (TSM) 25 ppm aktif (150-250 Kg) kedalam Tambak
Budidaya (sebelumnya butiran TSM telah direndam dalam air selama 8 jam)
dengan cara ditebar secara merata.
- Waktu :
§ Disinfeksi dilakukan serentak di dalam Modul.
§ Uji bioassay dilakukan pada hari ke 14-21 setelah sterilisasi ke-2 sebelum
tebar benur.
§ Aplikasi TSM dilakukan sore hari pada hari ke-3 sesudah perlakukan
disinfektan terakhir.
5.2. Biosecurity Tahap Budidaya
5.2.1. Pengurasan Tambak akibat terinfeksi Virus
Pengurasan tambak dilakukan karena udang terinfeksi virus WSSV, TSV, dll yang terlihat
dari kematian udang atau Survival Rate (SR) yang rendah (<50%).
- Lokasi/Tempat : Tambak Budidaya.
- Cara:
§ Kincir dimatikan.
§ Air tambak diberi perlakuan disinfektan dan biarkan selama 3 hari setelah
itu air dibuang.
§ Bangkai udang dikumpulkan untuk kemudian dibakar dan atau dikubur
(tidak dibuang ke Outlet).
§ Dinding tambak digosok dan dibersihkan.
§ Pada dasar tambak diberi perlakuan kembali dengan disinfektan klorin 100
ppm aktif.
§ Rendam dan bilas semua peralatan budidaya seperti anco, strimin, alat
sipon, secchi disc, pipa filter, water level dengan larutan disinfektan klorin
100 ppm aktif dan keringkan.
§ Pemasangan plastik terpal di tanggul antara tambak yang terserang WSSV
dengan tambak di kanan kirinya.
- Waktu: pada saat diketahui tambak terserang penyakit WSSV, TSV, dll.
5.2.2. Pengurasan Tambak Akibat SR Rendah
Pengurasan tambak yang dilakukan karena kualitas benur atau kualitas air yang jelek
dan secara ekonomis tidak memungkinkan untuk melanjutkan budidaya.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
62
- Lokasi/Tempat : tambak Budidaya
- Cara :
§ Air tambak diberi perlakukan disinfektan dan biarkan selama 2 hari.
§ Buang air tambak dan kumpulkan bangkai udang untuk dimusnahkan (bakar
dan atau kubur).
- Waktu: maksimal 30 hari setelah tebar.
5.2.3. Pemeliharaan BSD dan CPD
Pemeliharaan dilakukan agar kondisi BSD dan CPD tetap baik dan efektif sebagai alat
Biosecurity sampai akhir budidaya.
- Lokasi/Tempat : tambak Treatment dan Budidaya
- Cara :
§ Ganti benang BSD yang putus.
§ Perbaiki CPD yang robek atau roboh.
- Waktu: selama budidaya.
5.2.4. Sanitasi Orang
Sanitasi yang dilakukan untuk mencega penyebaran penyakit udang yang disebabkan
oleh manusia.
- Lokasi/Tempat : tambak Budidaya.
- Cara :
§ Cuci tangan dengan sabun antiseptik dan bilas dengan air bersih.
§ Lepas semua alas kaki sebelum naik ke jembatan anco.
§ Cuci tangan dan kaki sebelum masuk ke areal tambak dengan disinfektan.
- Waktu: sebelum masuk tambak (cek anco, feeding, dll).
5.2.5. Sanitasi Peralatan
Sanitasi peralatan bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit udang lewat
peralatan (terutama jala).
- Lokasi/Tempat : tambak budidaya
- Cara :
§ Bersihkan jala dari sisa udang tambak sebelumnya.
§ Celupkan jala ke dalam larutan disinfektan setiap kali pindah tambak dan
setelah selesai dipakai.
§ Jemur jala di bawah terik matahari hingga kering.
- Waktu: setiap kali setelah digunakan.
5.2.6. Isolasi Tambak yang Terinfeksi Virus WSSV, TSV, dll
Tindakan ini diperlukan apabila ada satu atau beberapa tambak dalam satu modul
terinfeksi virus WSSV, TSV dll namun belum bisa dipanen atau tidak bisa segera dipanen.
- Lokasi/Tempat : tambak budidaya
- Cara :
§ Sampling mingguan dihentikan sampai kondisi kembali normal.
§ Meninggikan permukaan air supply canal dan tambak yang berada di
samping tambak yang terinfeksi.
§ Mematikan kincir bagian pinggir (apabila udang masih DOC 1-30).
§ Menggeser kincir ketengah (bila DOC>30).
§ Menutup pipa inlet.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
63
- Waktu : pada saat diketahui tambak terserang penyakit WSSV, TSV, dll.
5.2.7. Mengumpulkan Udang Sakit
Tindakan ini ditujukan agar udang yang sakit segera diisolasi sehingga bibit penyakitnya
tidak menginfeksi udang lain yang masih sehat.
- Lokasi/Tempat : tambak Budidaya
- Cara :
§ Menangkap udang yang minggir dengan menggunakan serok.
§ Kemudian musnahkan dengan cara dibakar dan atau dikubur.
- Waktu: setiap hari.
5.3. Biosecurity Tahap Panen (KhususWSSV, TSV, dll)
5.3.1. Pemusnahan Bangkai Udang
Tindakan pemusnahan dilakukan untuk mencegah agar bangkai udang tidak dibawa
binatang seperti burung, kucing, dll yang beresiko menyebarnya bibit penyakit ke
tempat lain. Selain itu tindakan ini juga dilakukan untuk menghindari dan meniadakan
sisa-sisa mikroorganisme bibit pembawa penyakit. Hal-hal yang dilakukan adalah :
- Lokasi/Tempat : tambak Panen.
- Cara :
§ Kincir pada bagian sisi dimatikan untuk menghindari adanya aerosol ke
tambak sebelahnya.
§ Turunkan air tambak agar lebih rendah dari permukaan air supply canal. Air
yang keluar dari tambak diberi disinfektan KMnO4 sebanyak 5-10 ppm
dengan cara dosing.
§ Pada saat panen, air yang keluar dari tambak tetap dilakukan pemberian
KMnO4 sebanyak 5 – 10 ppm.
§ Setelah selesai panen segera dilakukan pengisian air setinggi ± 30 cm dan
dilakukan pemberian disinfektan crustacide 3 – 5 ppm dan dibiarkan selama
3 hari.
§ Setelah 3 hari dilakukan pengurasan dan dasar tambak diberi klorin 100 ppm
aktif.
- Waktu : saat panen dan pasca panen (pada hari yang sama).
5.4. Biosecurity Lingkungan
5.4.1. Mencegah masuknya penyakit lewat suplai air
- Lokasi/Tempat : Main Inlet dan pompa pemasukkan air di quarantine pond.
- Cara :
§ Apabila air di Main Inlet terindikasi adanya serangan virus WSSV, TSV pada
udang liar, maka untuk modul yang sudah open harus memperketat
penyaringan air dan atau memperpanjang retention time air di Treatment
Pond.
§ Menggunakan filter double screen dengan mesh size 300 μ dan 1000 μ di
pipa-pipa pemasukkan air dan pintu type C.
- Waktu :
§ Sebelum masuk air.
§ Saat pengisian air sebelum sterilisasi.
§ Selama budidaya
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
§ Saat melakukan open sistem.
5.4.2 Mencegah masuknya vektor penyakit ke dalam sistem budidaya
- Lokasi/Tempat : treatment pond, supplay canal, sub inlet dan tambak budidaya.
- Cara :
§ Memasang BSD dengan jarak setiap 50 cm satu baris BSD.
§ Memasang CPD dengan ketinggian minimal 30 cm dari permukaan tanggul.
§ Memasang alat yang mengeluarkan bunyi-bunyian sebagai penghalau
burung agar tidak masuk ke dalam sistem budidaya.
5.4.3. Larangan Memelihara Unggas
- Lokasi/Tempat : seluruh lokasi Pond Site.
- Cara :
§ Pembinaan Petambak untuk tidak memelihara unggas.
§ Menangkap dan memusnahkan unggas yang masih berkeliaran.
§ Memantau keberadaan unggas di Pond Site.
5.4.4. Larangan Menangkap Ikan
- Lokasi/Tempat : saluran Outlet dan Inlet.
- Cara :
§ Pembinaan Karyawan dan Petambak untuk tidak menangkap ikan.
§ Memberikan sanksi kepada Karyawan dan Petambak yang menangkap ikan.
5.4.5. Program Kebersihan Lingkungan
- Lokasi/Tempat : infrastruktur budidaya yang ada di Pond Site.
- Cara :
§ Memotong rumput yang tinggi.
§ Membersihkan kanal, halaman dan lingkungan.
5.5. Ten Step for Biosecurity
Tabel. 5.1. Ten Step Biosecurity for Diseases
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
65
5.6. Traceability
Traceability adalah upaya menyelusuri semua proses yang terjadi dalam satu periode
budidaya udang mulai dari persiapan tambak sampai proses panen. Traceability dilakukan dengan
cara mengontrol dan mencatat semua aktivitas budidaya udang dan meterial yang digunakan dalam
proses budidaya udang. Dengan traceability kita dapat mengetahui berasal dari tambak mana suatu
produk itu bermasalah sehingga bila terjadi penolakan produk udang hanya tambak tersebutlah
penolakkan itu dilakukan. Traceability juga merupakan tuntutan pembeli udang di pasaran dunia
agar produk udang kita dapat dipasarkan.
Pelaksanaan traceability pada budidaya udang Litopenaeus vannamei di PT. Centralpertiwi
Bahari bertujuan untuk :
1. Mendeteksi permasalahan – permasalahan yang dapat mempengaruhi produktifitas dan
kualitas hasil panen, selama budidaya berlangsung.
2. Evaluasi hasil panen, untuk menentukan factor kunci keberhasilan maupun kegagalan.
3. Menelusuri permasalahan yang diinformasikan atau disampaikan oleh unit pengolahan
maupun konsumen, hingga dapat dicari penyebabnya dan untuk selanjutnya dilakukan
tindakan perbaikan.
4. Memberikan jaminan mutu proses/metode dan mutu produk selama periode budidaya
kepada pembeli.
Resiko :
Pengisian Form Traceability yang tidak tepat/benar dan tidak berkesinambungan akan
menyulitkan dilakukannya upaya telusur balik apabila terjadi suatu kasus, yang akan
mempersulit analisis masalah dan tindakan perbaikan yang seharusnya dilakukan. Selain itu
dapat pula memunculkan sikap kurang percaya pembeli akan mutu proses/metode dan mutu
produk yang dihasilkan. Kegiatan ini bersifat administratif dengan bantuan komputer.
5.6.1. Memasukan data ke form traceability
Merupakan langkah awal dalam proses pengisian data, dimana petugas memasukkan
data proses budidaya yang diperoleh dari para petambak.
- Bagaimana: data proses budidaya yang diperoleh dari petambak dimasukkan ke
Form Traceability dengan bantuan perangkat komputer.
- Kapan: setiap data di input dengan menggunakan perangkat komputer.
- Siapa: Supervisor Divisi Aquaculture
5.6.2. Verifikasi awal
Merupakan pemeriksaan awal atas data yang telah diisikan ke Form Traceability, berupa
pemeriksaan kelengkapan data.
- Bagaimana : pemeriksaan ulang atas data yang telah diisi, dengan penekanan pada
kelengkapan pengisian. Apabila terdapat data yang masih kurang, segera meminta
Supervisor untuk melengkapi
- Kapan : segera setelah Form Traceability diterima dari Supervisor.
- Siapa : Section Head Divisi Aquaculture
2.6.3. Persetujuan data
Merupakan tahap konfirmasi akhir sebelum data/Form Traceability diserahkan ke bagian
Administrasi Divisi Aquaculture, sekaligus menjamin keabsahan data.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
- Bagaimana : pemeriksaan ulang atas data yang telah diisi, dengan penekanan pada
kelengkapan pengisian sekaligus kesesuaian prosedur/metode dengan SOP.
- Kapan : segera setelah Form Traceability diterima dari Section Head.
- Siapa : Manager Divisi Aquaculture.
Gbr. 5.1. Traceability record
5.6.4. Pengumpulan dan penyerahan data
Merupakan tahap dimana bagian Administrasi Aquaculture mengumpulan Form
Traceability dari para Manager, selanjutnya menyerahkan data tersebut ke Administrasi
Quality Assurance for Aquaculture (QAA).
- Bagaimana : data/Form Traceability dikumpulkan dari para Manager setiap akhir
bulan, dan selanjutnya data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan modul dan
managernya. Data yang telah terkelompokkan diserahkan kepada Administrasi QAA.
- Kapan : penyerahan data kepada Adminis-trasi QAA dilakukan pada tanggal 5 setiap
bulan. Data yang diserahkan adalah data pelaksanaan Traceability bulan
sebelumnya.
- Siapa : administrator Aquaculture
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
67
Gbr. 5.2. Alur proses dokumentasi Traceability record
INPUT DATA
VERIFICATION DATA
COLLECTION DATA
AUDITING DATA
FINAL VERIFICATION
CORRECTIVE
ADM. QA àTRACEABILITY
DOCUMENT COLLECTION
APPROVAL DATA
Alur Proses Verifikasi data
Alur Pengembalian data untuk di tindak lanjuti dan
corrective action
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
68
BAB VI. PROSEDUR PENGAJUAN PEKERJAAN DAN PERMINTAAN BARANG
Perusahaan PT Centralpertiwi Bahari sebagai perusahaan tambak udang yang terintegrasi
memiliki banyak divisi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kerja sama antar
divisi yang baik menjadi hal mutlak yang harus dilaksanakan supaya proses produksi berjalan lancar.
6.1. Pengenalan Divisi Pendukung
Divisi Aquaculture sebagai divisi yang berperanan langsung dalam proses produksi udang,
dalam melakukan aktivitasnya banyak dibantu oleh divisi-divisi lain. Divisi pendukung tersebut
bertanggung jawab dalam memperlancar proses produksi terutama dalam pengadaan materialmaterial
yang dibutuhkan, proses administrasi, maintenance dan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan
konstruksi dan engenering. Divisi-divisi yang ada di PT Centralpertiwi Bahari antara lain Hatchery,
Feedmile, Aquaculture, ATD (Aquaculture Technology Development), IQA (Integrated Quality
Assurance), C & E (Civil & Engeneering), EED (Electris Engeneering Division), PPD (Power Plan
Division), FSD (Farmer Service Division), Accounting, GA & CC (General Affair dan Civil Construction),
dan FPD (Food Processing Division).
6.1.1. Hatchery
Hatchery adalah divisi yang bertanggung jawab dalam menyediakan benih udang
(benur) yang akan dibudidayakan. Benur yang diproduksi tiap bulannya harus dapat
memenuhi kebutuhan tambak PT CPB antara 300 – 400 tambak dan untuk kebutuhan
free market (tambak diluar PT CPB). Sehingga benur yang harus diproduksi kurang
lebih sebanyak 200 – 250 juta benur tiap bulannya. Hatchery ini berada di desa Suak,
Kalianda, Lampung Selatan.
6.1.2. Feedmill
Feedmile adalah divisi yang bertanggung jawab dalam menyediakan pakan udang yang
dibutuhkan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan diluar
perusahaan (free market). Produksi pakan yang dihasilkan tiap bulannya berkisar
antara 6000 – 7000 ton. Lokasi pabrik pakan ini berada di desa Tanjung Bintang,
Lampung Selatan.
6.1.3. ATD (Aquaculture Technology Development)
Divisi ATD adalah divisi yang berperan dalam hal reserch dan pengembangan teknologi
baru dalam budidaya udang. Divisi ini terbagi menjadi bagian Research &
Development dan Trial yang mempunyai fungsi masing-masing. Berbeda halnya
dengan divisi Aquaculture, yang sebagian besar tambaknya dikelola plasma, tambak
yang dikelola divisi ATD semuanya adalah tambak perusahaan.
6.1.4. IQA (Integrated Quality Assurance)
Divisi IQA terbagi dalam 2 bagian yaitu Laboratorium dan bagian Quality Assurance.
Laboraotium bertanggung jawab dalam hal pengecekan dan analisa parameterparameter
kualitas air tambak dan lingkungan, kualitas dasar tambak, kualitas benur,
kesehatan udang, material budidaya dan penyediaan data laboratorium lainnya.
Sedangkan Quality Assurance bertanggung jawab dalam monitoring dan memberikan
laporan pelaksanaan pekerjaan yang menjadi bagian yang sangat penting untuk
dilaksanakan.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
69
6.1.5. C & E (Civil & Engeneering)
C & E adalah divisi yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi dan infrastruktur
tambak. Pekerjaannya meliputi perbaikan dan perawatan tambak dan sarana
prasarananya.
6.1.6. EED (Electric Engeneering Division)
EED adalah divisi yang bertanggung jawab dalam menyediakan dan perawatan
perlengkapan elektrik tambak dan perumahan. Perlengkapan elektrik tambak yang
ditangani divisi ini antara lain adalah kincir (PWA), pompa dan jaringan listrik.
6.1.7. PPD (Power Plan Division)
PPD adalah divisi yang bertanggung jawab dalam menyediakan pasokan listrik untuk
tambak maupun keperluan listrik lainnya.
6.1.8. FSD (Farmer Service Departmen)
FSD adalah divisi yang banyak mengurusi keperluan plasma baik dalam penyediaan
material budidaya, distribusi benur, panen dan pencatatan segala keperluan selama
budidaya.
6.1.9. GA & CC (General Affair dan Civil Construction)
GA & CC adalah divisi yang banyak menangani hal-hal yang berhubungan dengan
Sosial Kemasyarakatan plasma maupun karyawan, Human Resources, Keamanan,
perumahan, infrastruksure dan kesehatan. Divisi ini terdiri dari beberapa departemen
diantaranya, Human Capital, Security, General Service, Legal Permit, Medical dan
Cominity Development.
6.1.10. FPD (Food Processing Division)
FPD adalah divisi yang bertanggung jawab dalam pengolahan hasil produksi tambak
berupa udang sebelum diekspor. Udang yang dihasilkan dari tambak dipilah-pilah
menurut ukuran dan kualitasnya. Menurut ukurannya dibagi menjadi udang ukuran
big, medium dan small, sedangkan menurut kualitasnya dibagi menjadi standar (SQ)
dan below standar (BS). Produk-produk olahan yang dihasilkan FPD ini diantaranya
adalah head on, headless, cook dan added value.
6.2. Form Pengajuan Pekerjaan
Permintaan pekerjaan yang ditujukan ke divisi lain harus terlebih dahulu menuliskan jenis
pekerjaan yang akan diminta pada form yang tersedia.
- BPP (Bukti Permintaan Pekerjaan)
Form ini digunakan untuk mengajukan pekerjaan kepada divisi pendukung untuk suatu
pekerjaan. Form ini diajukan oleh supervisor/section head dan diketahui oleh manager
dan disetujui oleh General Manager.
- BP2T (Bukti Permintaan Perbaikan Tambak)
Form ini digunakan untuk mengajukan pekerjaan kepada divisi C & E untuk suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan tambak, pembuatan dan perawatan sarana pendukung
tambak. Form ini diajukan oleh petambak plasma dikatahui supervisor/section head dan
disetujui oleh manager / General Manager.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
70
Gbr. 6.1. Form permintaan pekerjaan (BPP)
Gbr. 6.2. Form permintaan perbaikan tambak (BP2T)
- BP3 (Bukti Permintaan Perbaikan Peralatan)
Form ini digunakan untuk mengajukan pekerjaan kepada divisi EED untuk suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan sarana tambak yang berhubungan dengan kelistrikan,
seperti kincir, panel dan instalasi listrik lainnya. Form ini diajukan oleh petambak plasma
dikatahui supervisor/section head.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
Gbr. 6.3. Formpermintaan perbaikan peralatan (BP3)
- P4I (Permintaan/Pelaksanaan Perbaikan Peralatan Infra)
Form ini digunakan untuk mengajukan pekerjaan kepada divisi EED untuk suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan sarana kelistrikan diluar tambak plasma. seperti kincir,
panel dan instalasi listrik lainnya. Form ini diajukan oleh supervisor/section head.
Gbr. 6.4. Formpermintaan perbaikan peralatan (BP3)
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
72
6.3. Form Permintaan Barang
- BAB (Bukti Ambil Barang)
Form ini digunakan untuk mengajukan permintaan barang ke gudang FSD (ware hiuse).
Form ini diajukan oleh supervisor/section head dan disetujui oleh manager.
Gbr. 6.5. Form untuk mengambil barang (BAB)
- BP2B (Bukti Pengajuan Permintaan Barang)
Form ini fungsinya hampir sama dengan BAB yang digunakan untuk mengajukan
permintaan barang ke gudang FSD (ware hiuse) tetapi form ini hanya digunakan oleh
plasma. Form ini diajukan oleh plasma diketahui oleh supervisor/section head dan
disetujui oleh manager.
- BPB (Bukti Permintaan Barang)
Form ini digunakan untuk mengajukan pemesanan barang ke divisi FSD. Form ini
diajukan oleh supervisor/section head dan diketahui oleh manager dan disetujui oleh
general manager.
6.4. Prosedur Pengajuan Pekerjaan dan Permintaan Barang
6.4.1. Prosedur Pengajuan Pekerjaan
Pengajuan/permintaan pekerjaan dapat ditujukan kepada divisi suporting antara lain
divisi C & E, EED, GA & CC serta IQA. Permintaan pekerjaan yang ditujukan kepada
divisi C & E antara lain adalah pengajuan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan
perbaikan dan perawatan tambak dan sarana pendukungnya. Permintaan pekerjaan
yang ditujukan kepada divisi EED adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
perbaikan dan perawatan peralatan kelistrikan. Permintaan pekerjaan yang ditujukan
divisi GA & CC adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbaikan dan perawatan
perumahan, pertamanan, dan jalan. Sedangkan permintaan pekerjaan yang ditujukan
kepada divisi IQA adalah pekerjaan yang banyak berhubungan dengan monitoring dan
analisa parameter kualitas air, kualitas tanah, penyakit dan kesehatan udang.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com
73
Prosedur pengajuan pekerjaan dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi form BPP
(Bukti Permintaan Pekerjaan) kepada divisi terkait. Sedang permintaan pekerjaan
kepada divisi IQA adalah dengan form tersendiri.
6.4.2. Prosedur Permintaan Barang
Permintaan barang dapat dilakukan dengan mengambil langsung barang yang sudah
tersedia di gudang atau terlebih dulu mengajukan pemesanan. Prosedur pengambilan
barang adalah dengan menggunakan form BAB (Bukti Ambil Barang) yang ditujukan
ke pihak gudang. Barang yang bisa diambil dengan form BAB adalah barang yang
sudah tersedia atau barang pesanan yang yang sudang datang. Sedangkan prosedur
pemesanan barang adalah dengan terlebih dahulu mengisi form BPB (Bukti
Permintaan Barang) yang ditujukan kepada divisi FSD atau MPIC.
PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com